Sukses

10 Rahasia Para Miliarder Dunia

Meski dunia dilanda perlambatan ekonomi, jumlah miliarder di muka bumi terus bertambah. Apa penyebabnya?

Liputan6.com - Reporter: Elsa Analet

Kekayaan para miliarder dunia terus meningkat hingga mencatat rekor baru. Daftar orang terkaya 2015 versi Forbes mencantumkan 1.826 nama para miliarder dengan total kekayaan US$ 7,05 triliun. Dari nama-nama itu, terdapat 400 miliarder baru yang berhasil menambah US$ 2 triliun nilai kekayaan mereka dalam dua tahun terakhir.

Padahal, ekonomi sebagian besar negara-negara di dunia mengalami kemerosotan sejak krisis keuangan 2008. Apa yang menyebabkan orang kaya semakin banyak?

Menurut analis dari Premier Financial Advisor, New York, Mark Martiak, mereka mendapat banyak keuntungan dari sektor keuangan. "Inflasi rendah, suku bunga rendah, ini semua gambaran yang menguntungkan orang kaya, meskipun pajak sangat tinggi," katanya seperti dikutip MarketWatch.com, Rabu (10/6/2015).

Berikut 10 hal yang tidak akan pernah dikatakan para miliarder soal kekayaan mereka:

1. Terus bertambah kaya

Selama 35 tahun terakhir menjadi periode pengumpulan harta yang luar biasa oleh para miliarder dunia, menurut data "2015 Bilionaire Report"  yang dirilis  UBS/PwC.

Sebelumnya, banyak orang kaya sukses di sektor industri, seperti baja, mobil, dan listrik. Tapi sekarang basis bisnis lebih menguntungkan yaitu sektor konsumen, teknologi, dan inovasi keuangan.

2. Nilai uang tak lagi sama

Banyak ahli mengatakan menjadi miliarder bukan lagi soal memiliki simpanan uang yang banyak. Bisa saja seseorang dikatakan kaya karena memiliki rumah di kota besar, seperti New York atau San Fransisco.

"Punya uang banyak tidak lagi memiliki kekuatan besar," kata penulis buku, Charles Merlot. "Di mata publik, memiliki uang US$ 10 juta hanya masuk kategori orang kaya menengah bawah."

Sekarang tren telah berubah. Kekayaan seseorang dapat terlihat jika ia memiliki helikopter, pesawat jet pribadi, atau pulau pribadi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Selanjutnya

3. Masih didominasi laki-laki

Benar, para wanita perlahan banyak menjadi kaya. Tapi 90 persen para miliarder dunia masih laki-laki. Angka tersebut bukan hal luar biasa mengingat 1.000 CEO top dunia versi Fortune hanya 5 persennya wanita.

Banyak pria menjadi kaya karena dorongan hormon testosteron. "Yang keren dari Mark Zuckerberg dan Eduardo Saverin (pendiri Facebook), mereka tidak membentuk bisnis demi uang. Tapi untuk bertemu banyak wanita," kata Ben Mezrich, penulis "Accidental Billionaires" dan "Bringing Down the House".


4. Selain cerdas, memiliki latar pendidikan yang baik

Para miliarder di Amerika Serikat cenderung memiliki latar pendidikan yang baik. Hasil penelitian Jonathan Wai dari Duke University menyebut, orang-orang kaya saat ini memiliki standar tinggi kualifikasi sekolah. Wai juga menyimpulkan kalau mereka terlahir pintar dan beruntung.

Sebagian besar miliarder, termasuk Bill Gates (pendiri Microsoft), berasal dari keluar kelas menengah atas. Mereka jadi memiliki kesempatan untuk bersekolah dengan baik sebagai modal memulai bisnis. Harvard University menjadi tempat nomor satu pencetak miliarder dunia.

(Foto: The Richest)

5. Memutar uang seperti main monopoli

Miliarder Donald Trump pernah mengajukan uang US$ 100 juta untuk membangun ballroom Gedung Putih di 2011. Roman Abramovich dari Rusia pada 2010 membeli kapal pesiar senilai US$ 1 miliar.

Pangeran Alwaleed bin Talal bin Abdul Aziz al-Saud dari Arab Saudi membeli pesawat Airbus A380 seharga US$ 400 juta. Kehidupan yang royal ini memang tak sebanding dengan kekayaannya. Oprah Winfrey bisa membeli tas Tom Ford seharga US$ 40 ribu yang nilainya hanya 0,001 persen dari US$ 3 miliar hartanya.

6. Paling takut dengan perceraian

Untungnya, orang-orang kaya ini jarang bercerai. Dari 84 persen jumlah mereka, hanya delapan persen yang bercerai, menurut data Wealth-X. Tapi jika perceraian terjadi nilai perkaranya bisa mencapai ratusan juta dolar AS.

Pada 2003, mantan bos General Electric Jack Welch bercerai dengan istri keduanya Jane Welch. Kasus ini melebar menjadi pemberitaan media soal gaya hidup Welch dan uang pensiun yang ia dapat.

Hingga akhirnya kekayaan Welch tertangkap radar The Securities and Exchange Commision (komisi pasar modal AS). Akhirnya, Welch sepakat untuk menyerahkan paket pensiunnya senilai US$ 2,5 juta per tahun.

3 dari 3 halaman

Selanjut

 7. Tidak jadi kaya karena main saham

Kalau Anda ingin menjadi miliarder dan memulainya dari nol, jangan pertaruhkan uang Anda di pasar modal. "Kalau berhasil mempertaruhkan kenaikan keuntungan satu persen saja di pasar modal selama 20 tahun secara konsiten, Anda bisa menjadi superstar," kata penulis Martin Fridson.

Secara rata-rata saja, seseorang butuh modal US$ 65 juta di pasar saham dengan keuntungan 15 persen per tahun secara konsisten untuk bisa mendapatkan US$ 1 miliar dalam 20 tahun. Banyak orang kaya masa kini memulai bisnis dari start-ups. Sebut saja Steve Jobs (pendiri Apple), Bill Gates, dan Mark Zuckerberg.


8. Menghindari pajak

Tidak ada data soal berapa besar para miliarder menghindar pajak, ketimbang orang biasa. Tak jarang para miliarder ini bermain di area abu-abu antara menggelapkan pajak dan menghindarinya. Mereka punya kesempatan untuk membayar pajak lebih kecil karena pendapatannya berasal dari investasi, bukan gaji atau pendapatan tetap.

Ilustrasi Pajak (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

9. Keluarga membenci kami, tapi mencintai uang kami

Gina Rinehart, perempuan terkaya Australia, pernah dituntut kedua anaknya, John Hancock dan Bianca Rinehart. Mereka menuduh Ginehart mengubah warisan keempat anaknya secara ilegal.

Sampai akhirnya Mahkamah Agung di Sydney memutuskan Bianca yang mendapat kontrol penuh atas kekayaan keluarga itu senilai US$ 4 miliar.

10. Suka beramal

Sebagian besar miliarder menyerahkan kekayaan atau kerajaan bisnis kepada keturunannya. Tiga anak konglomerat Donald Trump bekerja di perusahaannya. Tapi saat ini keadaan telah berubah. Hampir 140 orang kaya sepakat menandatangani inisiatif Giving Pledge pada 2009.

Mereka sepakat untuk menyerahkan hartanya untuk amal. Warren Buffet telah berjanji memberikan 99 persen kekayaannya. "Saya mau memberikan ke anak-anak saya rasa cukup untuk mereka melakukan apa saja, tapi tidak sampai membuat mereka merasa tidak melakukan apapun," kata Buffet dalam salah satu wawancara televisi.

Reporter: Elsa Analet


(Elsa/Ndw)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini