Sukses

Pelemahan Rupiah Perlu Ditangani Lebih Serius

Kondisi nilai tukar rupiah yang terus melemah sangat berdampak besar kepada dunia usaha.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih belum bisa bangkit dari pelemahan. Rupiah masih saja berkutat di level Rp 13.300 per dolar AS.

Ketua Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) DKI Jakarta, Sarman Simanjorang mengatakan, kondisi nilai tukar rupiah seperti ini sangat berdampak besar kepada dunia usaha.

"Sudah pasti ada dampak bagi dunia usaha terlebih yang memiliki ketergantungan bahan baku dari luar. Mau tidak mau sangat terpengaruh. Contohnya industri kecil dan menengah seperti pengrajin tahu tempe. Selain itu, industri kelas menengah seperti garmen pun juga akan menjerit," ujarnya saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Kamis (11/6/2015).

Menurutnya, pemerintah harus segera mengambil langkah taktis untuk mengatasi hal ini. Pasalnya, tren rupiah saat ini berbeda dengan mata uang negara lain.

"Memang pelemahan mata uang bukan hanya dialami oleh Indonesia saja, termasuk Malaysia, Jepang, dan beberapa negara Eropa. Tetapi mereka trennya menurun, tetapi kalau kita stabil tinggi dan kecenderungannya naik," katanya.

Hingga saat ini, lanjut Sarman, dirinya belum melihat langkah konkrit dari pemerintah untuk mengatasi hal ini. Padahal dampak dari pelemahan rupiah ini begitu nyata, yaitu melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2015.

"Kami belum lihat langkah strategis yang dilakukan pemerintah terhadap fenomena ini. Ini jadi penyebab pertumbuhan ekonomi kita pada kuartal I hanya tumbuh 4,7 persen. Ini ada hubungan dengan rupiah," tandasnya.

Sebelumnya, Wakil Presiden (Wapres) Jusuf‎ Kalla mengungkapkan bahwa pelemahan rupiah dan juga pelemahan yang terjadi di bursa saham merupakan hal yang wajar. "Namanya saham kalau tidak naik turun bukan saham namanya. Kalau naik terus, tidak ada orang yang mau kerja lagi," kata dia. 

JK menilai, penyebab dari pelemahan nilai tukar rupiah tersebut datang dari faktor eksternal maupun internal. Dari faktor internal, tekanan terjadi karena perekonomian Indonesia sedang lesu sehingga berpengaruh terhadap industri dalam negeri dan menyebabkan timbulnya masalah pelemahan nilai tukar.

"Maka dari itu, kami berupaya menjaga pertumbuhan ekonomi dan investasi supaya ekonomi kita tetap baik. Kami harus mengubah atau memperbaiki secepatnya," tegas JK tanpa lebih detail menjelaskan upaya pemerintah untuk menstabilisasi kurs rupiah. (Dny/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini