Sukses

Pola Pikir Kuno Jadi Penghambat Kedaulatan Migas

Amerika Serikat (AS) telah mengatur cadangan migas serta berhasil menemukan sumber-sumber energi baru.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia sulit untuk menciptakan kedaulatan minyak dan gas (migas) hingga saat ini. Salah satu penyebab sulit terciptanya kedaulatan tersebut karena sebagian besar masyarakat masih berpikir kuno. Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) melihat pola pikir tersebut harus diubah.

Kepala BPH Migas, Andy Noorsaman Sommeng menjelaskan, selama ini sebagian besar masyarakat masih berpikir bahwa Indonesia merupakan produsen migas besar. Indonesia memiliki kekayaan sumber daya migas yang tinggi sehingga dalam penggunaannya pun tak terkontrol.

"Tahun 2006 saat produksi kita tinggi sekali, tapi kita tidak siap-siap setelah peak nanti akan turun. Di satu sisi konsumsi, kita mulai pada saat produksi turun 12 persen per tahun konsumsi itu meningkat," katanya di Jakarta, Kamis (11/6/2015).

Pola pikir lain ialah menganggap jika migas merupakan sektor yang diproduksi. Sehingga, struktur Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) tergantung pada migas. Andy menegaskan, migas bukan komoditas yang bisa diproduksi melainkan resources goods yang kelak akan habis cadangannya.

"Kita selama ini menganggap bahwa migas seperti komoditas yang bisa diproduksi, manufacturing goods sehingga struktur APBN tergantung dalam masuk penerimaan," ujarnya.

Kondisi lain berbeda halnya dengan Amerika Serikat (AS) yang mana bisa mengatur cadangan migasnya serta berhasil menemukan sumber-sumber energi baru seperti shale gas dan shale oil. Maka, dari itu dia bilang pola pikir tersebut mesti segera diubah.

"Kalau sekarang konsumsi kita lebih besar dari produksi, kita berpikir bagaimana mengubah cadangan itu," jelasnya.  Selain itu, masyarakat juga sudah harus mengendalikan konsumsi energi fosil atau melakukan penghematan dalam penggunaan energi dan mencari energi baru dan terbarukan. (Amd/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini