Sukses

Permintaan Bertambah Picu Harga Minyak Mentah AS Naik

Harga minyak mentah AS dan Eropa berada dalam posisi berbeda.

Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) tercatat naik dipicu menguatnya permintaan dan ancaman badai tropis di sepanjang Gulf Coast.Sementara minyak mentah Brent harus susut terimbas penguatan dolar dan kekhawatiran tentang utang Yunani.

Melansir laman Wall Street Journal, Rabu (17/6/2015), harga minyak mentah jenis light sweet, untuk pengiriman Juli, naik 45 sen (0,8 persen) menjadi US$ 59,97 per barel di New York Mercantile Exchange.

Sementara minyak jenis Brent untuk kontrak Agustus berakhir turun 25 sen (4 persen) ke posisi US$ 63,70 per barel di bursa ICE Futures Europe.

Kenaikan harga terjadi usai produksi minyak AS dinilai telah mencapai puncaknya dan terjadi kenaikan permintaan. Ini memberikan harapan jika pasar akan menemukan keseimbangan pasokan.

Analis yang disurvei The Wall Street Journal berharap pasokan minyak mentah turun 1,8 juta barel pekan lalu dan terjadi peningkatan penggunaan kilang.

Data pasokan mingguan minyak terbaru akan dilaporkan lembaga Administrasi Informasi Energi pada Rabu. Sementara American Petroleum Institute, sebuah kelompok industri, dijadwalkan merilis data persediaan untuk periode yang sama pada Selasa ini.

"Ada harapan bahwa kita akan melihat penarikan lain dalam persediaan minyak mentah. Ada prediksi produksi minyak AS memuncak," kata Phil Flynn, Analis Pasar Senior Price Futures Group di Chicago.

Selain itu, dia mengatakan, akan ada mental psikologis dari badai tropis Bill. Meski dia percaya ancaman badai tropis telah memudar dalam beberapa tahun terakhir.

Namun masih banyak yang melihat keberadaan badai baru di lepas pantai tengah Texas, di mana hal itu bisa mengganggu operasi pengeboran lepas pantai di Teluk Meksiko dan Texas. Sekitar 45 persen kilang AS terletak di sepanjang Pantai Teluk AS.

Sementara minyak mentah Brent harus susut terimbas penguatan dolar, yang membuat komoditi yang dihargakan dalam dolar lebih mahal untuk pembeli yang memegang mata uang lainnya. Harga juga terimbas kekhawatiran tentang Yunani.

Negosiasi Yunani dengan kreditor menemui jalan buntu, dan bagaimana masalah ini diselesaikan kemungkinan akan mempengaruhi sentimen Zona Euro dan ekonomi yang lebih luas.

"Jika ekonomi Zona Euro tidak mengambil stimulus, kita mungkin menemukan kesulitan untuk mendorong permintaan minyak mentah," kata Daniel Ang, analis di Phillip Futures.

Credit Suisse Group AG memprediksi, harga minyak AS akan berlabuh di posisi US$ 59 per barel dan Brent di US$ 64 per barel.

"Kami berharap bahwa harga minyak tetap terjebak dalam kisaran yang relatif sempit untuk musim panas ini," kata bank tersebut dalam catatan. (Nrm/Igw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.