Sukses

Top 5 Bisnis: Jokowi Bongkar Ketidakberesan di Pelindo II

Kalangan dunia usaha mendukung keputusan Presiden Jokowi untuk mengungkap ketidakberesan di PT Pelindo II

Liputan6.com, Jakarta - Kalangan dunia usaha mendukung keputusan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mengungkap ketidakberesan di PT Pelindo II,  yang mengakibatkan terjadinya kelambanan dan tidak ketidakefisienan aktivitas bongkar muat di Pelabuhan  Tanjung Priok, Jakarta.

Jokowi sebelumnya menyebutkan, akibat pelayanan PT Pelindo II yang tidak efisien dan lamban, negara dirugikan hingga Rp 780 triliun. Ketua Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Zaldy Masita mengaku, pengusaha tidak dapat berbuat banyak menghadapi rumitnya birokrasi di Pelindo II.

Hal ini berimbas pada lamanya masa tunggu bongkar muat barang (dwelling time) di Pelabuhan Tanjung Priok. Informasi mengenai tanggapan pengusaha soal keputusan Presiden Jokowi soal Pelindo II menjadi artikel paling dicari pembaca.

Tak hanya itu, artikel lainnya yang menarik perhatian yaitu tanggapan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro soal pelemahan rupiah, mengupas tol Cikopo-Palimanan, hingga mangkuk kuno yang terjual Rp 354,18 juta.

Lengkapnya, berikut lima artikel paling dicari di kanal bisnis Liputan6.com, edisi Kamis, 18 Juni 2015:

1. Pengusaha Senang Jokowi Ungkap Ketidakberesan di Pelindo II

Ketua Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Zaldy Masita, lamanya dwelling time di Pelabuhan Tanjung Priok karena mekanisme yang diterapkan Pelindo II, yang kini berada di bawah kepemimpinan Richard Joost Lino sangat berbelit-belit.

Dia menilai, di Pelabuhan Tanjung Priok terdapat dualisme pengelolaan, yaitu Indonesia Port Corporation (IPC) dan PT Pelindo II. Menurut Presiden Jokowi menyebutkan,  lamanya dwelling time di Pelabuhan Tanjung Priok akibat pengelola pelabuhan sebagai eksekutor yang kurang tanggap dan tidak profesional. 

 2. Mangkuk Kuno Berusia 900 Tahun Terjual Rp 354 Miliar

Barang antik memang terkenal selalu memiliki harga yang unik dan sangat tinggi bahkan hingga di luar nalar orang biasa. Nilai historis yang terkandung di sejumlah barang antik memang mampu mendorong harganya melambung sangat tinggi.

Tak terkecuali, mangkuk Ruyao Washer yang terjual seharga US$ 26,65 juta atau Rp 354,18 miliar (kurs: Rp 13.290/US$) pada 2012. Saat itu sang pembeli berhasil mengalahkan 8 pembeli lain yang bermaksud membeli cawan keramik kuno itu.

3. Perjalanan Pembangunan Tol Cipali Melewati 6 Era Kepemimpinan RI


Presiden RI Jokowi telah meresmikan beroperasinya jalan tol Cikopo-Palimanan (Cipali) yang memiliki panjang mencapai 116,7 kilo meter (KM) pada 13 Juni 2015. Tol Cipali pun menjadi tol terpanjang di Indonesia.

Dengan predikat tol terpanjang, jalan bebas hambatan ini ternyata telah melewati proses dalam enam era kepemimpinan RI. Proses tersebut mulai dari ide pembuatan tol, pengerjaan tol hingga peresmiannya‎.

4. Sudut Pandang Unik Soal Uang dari Miliarder Dunia

Dengan harta melimpah, para miliarder di dunia memiliki sudut pandang yang terbilang unik tentang uang. Jika banyak orang berpikir uang dapat menjadi pemicu tindakan kriminal, para orang kaya justru merasa uang merupakan sumber kebaikan.

Para miliarder dengan segala kekayaan tampaknya memang merupakan kelompok minoritas. Pasalnya, orang-orang kaya tersebut selalu memiliki, pikiran, pernyataan dan tindakan yang berbeda dari kebanyakan orang.

5. Ekonomi Lambat dan Rupiah Anjlok, Tanda RI Masuk Resesi?

Pemerintah berupaya memacu pertumbuhan ekonomi Indonesia agar tidak kembali terperosok ke dalam jurang resesi, termasuk menahan jatuhnya kurs rupiah terhadap dolar AS semakin besar. Salah satu langkah dengan meningkatkan belanja pemerintah dan stimulus fiskal.

Menurut Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, resesi ekonomi di sebuah negara ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin menyusut atau mengalami perlambatan dalam jangka panjang. Konsumsi domestik melemah serta pertumbuhan ekspor negatif.  

"Tren perlambatan ekonomi sudah terjadi sejak 2012, tapi realiasi di kuartal I 2015 sebesar 4,7 persen masih relatif tinggi dibanding negara lain yang perekonomiannya jauh lebih besar dari Indonesia," ucap dia saat berbincang dengan Liputan6.com. (Ndw/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.