Sukses

Harga Minyak Susut Terimbas Penguatan Dolar AS

Menurut analis, pasar minyak di akhir pekan terus mengikuti pola baru, di mana mengekor pergerakan dolar.

Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah dunia jatuh di akhir pekan ini, terimbas penguatan dolar Amerika Serikat (AS) yang dipicu penantian investor mengenai perkembangan kondisi terbaru dari proses negosiasi utang Yunani. Investor juga bersiap diri menghadapi batas waktu pembicaraan nuklir Iran.

Melansir laman Dow Jones, harga minyak mentah jenis light sweet untuk pengiriman Juli, patokan minyak AS, turun 84 sen (1,4 persen) menjadi US$ 59,61 per barel di New York Mercantile Exchange. Harga minyak susut 35 sen (0,6 persen) selama sepekan ini.

Sementara kontrak minyak Brent untuk Agustus berakhir turun US$ 1,24 (1,9 persen) menjadi US$ 63,02 per barel di bursa ICE Futures Europe. Sepekan ini, harga minyak ini susut US$ 1,62 (2,5 persen)

Menurut analis, pasar minyak di akhir pekan terus mengikuti pola baru, di mana mengekor pergerakan dolar. Bahkan harga kini mulai mengabaikan bagaimana kondisi jumlah pengeboran minyak di Amerika Serikat.

The Wall Street Journal Dollar Index, yang melacak dolar terhadap sekeranjang mata uang lainnya, mencatat kenaikan mata uang ini. Harga minyak selama ini dihargakan dalam dolar dan menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Analis mengatakan pasar mata uang yang terlalu fluktuatif membuat sulit mengatur harga minyak. Bahkan ada kemungkinan akan ada perubahan harga bila terjadi kesepakatan soal utang Yunani.

"Selama 14 hari ke depan ada kemungkinan akan terjadi risiko ketegangan mengenai keanggotaan Yunani di Zona Euro yang dapat berpotensi menguatkan dolar lebih besar. Hal ini mungkin menjadi bearish untuk minyak mentah Brent," kata Bjarne Schieldrop, Analis Komoditas SEB Markets.

Para pemimpin di Zona Euro diketahui tengah mencoba untuk meraih kesepakatan tenntang bailout Yunani. Sebab default utang Yunani bisa mempengaruhi permintaan minyak Eropa.

"Sebagian besar pertumbuhan permintaan minyak Eropa tahun ini datang dari negara-negara Eropa Selatan. Oleh karena itu, jika ada terjadi default dan memberikan dampak ke negara-negara Eropa Selatan, dampak lain negatif pada permintaan minyak Eropa," jelas Olivier Jakob dari Petromatrix.(Nrm/Igw)



* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini