Sukses

Indeks S&P 500 Ditutup Mendatar di Akhir Pekan

investor berhati-hati menjelang pertemuan di Eropa yang bisa memutuskan apakah Yunani akan mengalami gagal bayar utang ke kreditor.

Liputan6.com, New York - Indeks S&P 500 ditutup mendatar pada perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), namun berakhir lebih rendah untuk minggu ini, dengan investor berhati-hati menjelang pertemuan di Eropa yang memutuskan apakah Yunani akan mengalami gagal bayar (default) utang ke kreditor.

Dilansir dari Reuters, Sabtu (27/6/2015), indeks Dow Jones naik 56,72 poin atau 0,32 persen menjadi 17.947,08, sementara S&P 500 kehilangan 0,71 poin atau 0,03 persen ke 2.101,6 dan Nasdaq Composite turun 31,69 poin atau 0,62 persen menjadi 5.080,51.

Untuk minggu ini, baik Dow Jones dan S&P 500 turun 0,4 persen sedangkan Nasdaq turun 0,7 persen.

Indeks Dow Jones ditutup lebih tinggi ditopang penguatan saham Nike Inc (NKE.N), sedangkan indeks Nasdaq turun tertekan hasil yang mengecewakan dari Micron Technology Inc (MU.O), yang membebani produsen chip seperti Intel.

Di Eropa, Yunani menolak perpanjangan lima bulan untuk dana talangan pada hari Jumat, sehari sebelum menteri keuangan zona euro akan bertemu untuk memutuskan nasib negara itu.

Yunani membutuhkan dana segar untuk menghindari default utang senilai US$ 1,8 miliar ke IMF. Jika default, Yunani mungkin harus meninggalkan zona euro atau Uni Eropa, yang berpotensi mengguncang fondasi ekonomi kawasan tersebut.

Saham Nike naik 4,3 persen menjadi US$ 109,71 dan merupakan dorongan terbesar bagi Dow Jones, setelah melaporkan laba kuartalan lebih baik dari perkiraan. Kenaikan kinerja keuangan Nike disebabkan kenaikan harga jual sepatu dan pakaian.

Saham perusahaan teknologi mikron (MU.O) anjlok 18 persen menjadi US$ 19,66, sehari setelah meramalkan penurunan harga chip yang digunakan di PC. Hal ini juga memberikan prospek pendapatan kuartalan yang jauh di bawah perkiraan pasar. Saham Intel Corp (INTC.O) turun 3 persen menjadi US$ 31,02 per saham.

Investor terus mengamati data ekonomi yang dirilis Amerika Serikat (AS) untuk melihat apakah ekonomi AS telah pulih dari perlambatan pada awal tahun. Bank Sentral AS atau Federal Reserve akan menaikkan suku bunga acuan ketika melihat rebound berkelanjutan dalam perekonomian AS.
(Ndw/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini