Sukses

Harga Minyak Bangkit dari Posisi Terendah dalam 3 Pekan

Namun, beberapa analis mengingatkan untuk hati-hati.

Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah dunia bangkit dari posisi terendah dalam tiga minggu pada Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Kenaikan dipicu menguatnya permintaan di Amerika, meski gagal bayar utang Yunani (default) masih mengancam pasar global.

Kenaikan harga minyak juga terjadi menjelang rilis data persediaan minyak. Serta akibat penguatan dolar, yang biasanya cenderung membebani komoditas.

Melansir laman Reuters, harga minyak mentah jenis Brent ditutup naik US$ 1,58 (2,6 persen) menjadi US$ 63,59 per barel. Harga ini lebih rendah untuk posisi Juni, namun naik 15 persen secara kuartalan sejak September 2012, dan 11 persen untuk setengah tahun.

Sementara minyak mentah AS naik US$ 1,14 (2 persen) ke posisi US$ 59,47 per barel. Secara bulanan, harga turun 1 persen, namun melonjak 25 persen pada kuartal kedua dan menjadi keuntungan terbaik kuartalan sejak Desember 2011, dan ditutup naik 12 persen pada tahun ini.

Kali ini, pasar mengabaikan perpanjangan tenggat waktu untuk kesepakatan nuklir Iran, yang akan membiarkan negara  ini bisa mengekspor lebih banyak minyak mentah ke pasar sehingga membuat terjadinya kelebihan pasokan.

Namun, beberapa analis mengingatkan untuk hati-hati. Sebab aksi jual yang memangkas harga minyak mentah sebesar 60 persen antara Juni dan Januari mungkin kembali terjadi jika stok minyak mentah mulai menumpuk lagi pada September, usai liburan musim panas.

"Saya tidak akan terkejut untuk melihat kerugian pada kuartal berikutnya," jelas Analis Caprock Risk Management, Chris Jarvis.

Sumber pemerintah Yunani mengatakan negara itu akan mengalami gagal bayar utang kepada Dana Moneter Internasional dan membuatnya terjun lebih dalam ke dalam krisis keuangan. Dolar menguat terhadap euro dalam mengantisipasi kegagalan bayar utang ini.

Sebelumnya harga minyak berjangka cenderung melemah bahkan menembus level terendah dalam tiga minggu ini. Hal itu dipicu dari pemerintahan Yunani menutup bank dan mengatur kontrol modal sehingga membuat risiko semakin luas. Sementara itu, Iran seperti menunda negosiasi nuklir dengan negara barat sehingga membuat ekspor bertambah mengakibatkan pasokan minyak banjir di pasar.(Nrm/Igw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini