Sukses

Ekonomi RI Lesu, Kinerja IHSG Susut Sepanjang Semester I

Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 6,05 persen menjadi 4.910.66 pada penutupan perdagangan saham Selasa 30 Juni 2015.

Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) fluktuaktif dengan kecenderungan melemah sepanjang semester I 2015. Sentimen data makro ekonomi Indonesia yang tak sesuai harapan ditambah spekulasi kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS)/The Federal Reserve mempengaruhi pertumbuhan kinerja IHSG.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), kinerja IHSG melemah 6,05 persen secara year to date (Ytd) menjadi 4.910,66 pada penutupan perdagangan saham Selasa 30 Juni 2015. Padahal semester I 2014, IHSG tumbuh 14,14 persen menjadi ke level 4.878,58.

Pertumbuhan kinerja IHSG melempem sepanjang semester I 2015 ini juga didorong dari sebagian besar sektor saham melemah. Hanya sektor saham perdagangan, jasa dan investasi yang tumbuh 4,59 persen ke level 919.

Sektor saham industri dasar dan kimia memimpin penurunan tajam dengan melemah 22,29 persen ke level 422. Lalu disusul sektor saham tambang melemah 18,28 persen dan sektor saham perkebunan merosot 13,60 persen.

Faktor eksternal dan internal dinilai menjadi penekan IHSG. Sejumlah analis menilai, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tak sesuai harapan pelaku pasar memberikan sentimen negatif ke bursa saham. Ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,7 persen pada kuartal I 2015 atau turun dibandingkan kuartal I 2014 sebesar 5,21 persen.

"Pada awal tahun banyak pihak optimistis pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen. Tetapi pertumbuhan ekonomi di bawah harapan pelaku pasar," ujar Analis PT BNI Securities, Thendra Chrisnanda, saat dihubungi Liputan6.com, yang ditulis Kamis (2/7/2015).

Thendra menambahkan, ekonomi melambat itu mempengaruhi rata-rata pendapatan emiten di kuartal I 2015. Target rata-rata pertumbuhan pendapatan emiten diperkirakan 15 persen pada awal 2015. "Diperkirakan rata-rata pertumbuhan pendapatan hanya 8-10 persen hingga akhir 2015," kata Thendra.

Tekanan terhadap kinerja IHSG tak hanya dari internal tetapi juga eksternal. Spekulasi kapan kepastian suku bunga The Federal Reserve (The Fed) juga membuat ketidakpastian pelaku pasar di bursa saham. Ditambah penyelesaian krisis utang Yunani yang belum menemui jalan keluar pada akhir Juni 2015 juga mempengaruhi laju IHSG. "Kombinasi faktor eksternal dan internal tekan IHSG," kata Thendra.

Sentimen tersebut pun mendorong aksi beli investor asing kian susut di pasar modal Indonesia. Bila dana investor asing mencapai Rp 44,12 triliun pada semester I 2014, kini dana investor asing di pasar modal Indonesia hanya sekitar Rp 3,7 triliun pada semester I 2015.

Analis PT First Asia Capital, David Sutyanto mengatakan, nilai tukar rupiah terus melemah membuat pelaku pasar keluar dari pasar modal. Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) telah melemah 6,87 persen dari level 12.474 per dolar AS menjadi 13.332 per dolar AS. "Pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak sesuai harapan juga menekan IHSG. Ditambah Yunani juga membuat IHSG melemah," ujar David.

Sektor Saham Tertekan

Sebagian besar sektor saham juga mencatatkan pertumbuhan kinerja kurang baik. Sektor saham keuangan dan sektor konstruksi serta infrastruktur yang diharapkan jadi penopang IHSG malah lesu.

Sektor keuangan turun 4,13 persen menjadi 701,45 secara year to date. Sedangkan sektor saham infrastruktur susut 9,90 persen ke level 1.045,43 dan sektor saham properti dan konstruksi melemah 4,42 persen ke level 501,70.  

Thendra mengatakan, realisasi kinerja perbankan terutama bank besar seperti Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Mandiri, dan Bank Central Asia (BCA) tak sesuai harapan pelaku pasar membuat aksi jual terjadi di saham bank.

Sedangkan sektor infrastuktur dan konstruksi yang diperkirakan topang IHSG malah melemah. Hal itu lantaran valuasi saham sudah mahal. Selain itu, realisasi penyerapan infrastruktur proyek pemerintah masih sangat rendah juga memberikan sentimen negatif terhadap saham infrastruktur dan konstruksi.

Thendra menambahkan, daya beli masyarakat melemah juga menekan sektor barang konsumsi. Hal itu membuat sektor saham barang konsumsi turun tipis 0,75 persen ke level 2.161.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini