Sukses

Produksi Bertambah Bikin Harga Minyak AS Susut

Penambahan produksi di kilang milik produsen AS seiring keyakinan mereka akan pulihnya harga minyak dan stabil di posisi US$ 60 per barel.

Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) kembali tertekan ke penutupan terendah sejak April, setelah terjadi penambahan produksi di kilang minyak ](2263877 "") untuk pertama kalinya dalam tujuh bulan. Produsen minyak AS memutuskan untuk menambah pengeboran di 12 rig pekan lalu.

Melansir laman Wall Street Journal, harga minyak mentah jenis light sweet untuk pengiriman Agustus turun 3 sen (0,1 persen) menjadi US$ 56,93 per barel di New York Mercantile Exchange. Minyak mentah AS turun 4,5 persen pada minggu ini, menjadi penurunan sepekan terbesar sejak awal Maret.

Sementara minyak Brent, patokan global, menyusut 6 sen (0,1 persen) menjadi US$ 62,07 per barel di ICE Futures Europe.

Penambahan produksi di kilang milik produsen AS seiring keyakinan mereka akan pulihnya harga minyak dan stabil di posisi US$ 60 per barel. Produsen yakin bisa mengakhiri pemotongan produksi secara besar-besaran dan membuat pasar kembali dibanjiri stok dan berdampak ke harga minyak.

Tapi langkah ini, mengkhawatirkan investor dan analis yang telah memperingatkan bahwa harga minyak bisa kembali turun. Produksi memang telah membuat sedikit keuntungan, meski pengeboran berkurang dan stok telah mencapai tingkat bersejarahnya di seluruh dunia. Jika pengeboran kembali ditambah, bisa kembali membuat pasar dibanjiri minyak.

Harga patokan minyak AS sehari sebelumnya susut sekitar US$ 4 dari perdagangan selama dua bulan. Sentakan datang, setelah Lembaga Administrasi Informasi Energi AS melaporkan stok minyak dalam negeri naik tak terduga sebesar 2,4 juta barel pekan lalu, kenaikan pertama sejak April.

Harga minyak turun lebih dari setengah dari musim panas lalu, dan diikuti proses pengeboran, di mana jumlah rig yang bekerja hanya sekitar 60 persen, dari puncaknya pada bulan Oktober sebanyak 1.609.

Harga minyak kemudian rebound di awal musim semi, tapi banyak yang mengatakan bahwa sebagian besar didasarkan pada spekulasi bahwa pemotongan produksi rig akan menyebabkan penurunan produksi.

"Secara hitungan rig akan naik, tapi produksi, setelah semua luka masa lalu, tidak akan turun dengan baik. Ini adalah berita yang akan membuat bearish untuk pasar minyak," kata John Kilduff, Pendiri Again Capital in New York.

Negosiasi atas kesepakatan nuklir Iran juga terus menyeret pasar, setelah Barat dan Teheran memperpanjang batas waktu kesepakatan di awal pekan ini.

Sebuah kesepakatan akhir untuk mengekang program nuklir Iran diperkirakan akan membuka jalan bagi pencabutan sanksi-sanksi Barat dan pelepasan minyak mentah lebih Iran di pasar global.

"Kita akan memasuki babak kedua tahun ini dengan gambar yang mendasar di mana akan ada kelebihan pasokan, yang membuat setiap harga bullish diperkirakan sulit untuk menerima," David Hufton, Broker PVM kata.(Nrm/Igw)


* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.