Sukses

Momen Lebaran Tak Angkat Kinerja Perdagangan RI

Kondisi ekonomi global belum pulih masih mempengaruhi ekspor impor Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyatakan ekspor impor tidak berpengaruh saat masa Ramadan dan jelang Idul Fitri.

Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag Partogi Pangaribuan mencontohkan impor Indonesia, saat ini sebesar 18 persen masih merupakan barang modal, sedangkan 6 persen sampai 7 persen berupa barang konsumsi.

"Impor kita itu 18 persen itu barang modal. Sekitar 6 persen-7 persen barang konsumsi. Masih seperti itu," ujar Partogi di Kantor Kemendag, Jakarta, Jumat (3/7/2015).

Bahkan berdasarkan data sejak Mei 2015, lanjut dia, kegiatan ekspor impor Indonesia cenderung menurun. Hal ini terkait dengan kondisi ekonomi dunia yang masih belum pulih.

"Cuma dari data Mei semuanya menurun. Memang ekonomi dunia masih lemah. (Penurunan) ya sekitar 3 persen-6 persen," lanjutnya.

Namun Partogi berharap, setelah Lebaran, kinerja ekspor dan impor Indonesia kembali menggeliat seiring perbaikan kondisi ekonomi dunia.

"Kita harapkan habis Lebaran ini sudah mulai lagi. Ini juga tergantung pada negara lain. Kalau negara lain berkembang, kita juga berkembang. Kita juga dipengaruhi kondisi ekonomi dunia," tandas Partogi.

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan Indonesia mencatatkan surplus neraca perdagangan pada Mei 2015 sebesar US$ 950 juta. Secara akumulasi Januari-Mei, total surplus mencapai US$ 3,75 miliar karena nilai ekspor lebih besar dibanding impor.

"Kalau dibandingkan Mei pada empat tahun lalu, neraca perdagangan bulan kelima ini cukup tinggi. Di Mei 2012 dan 2013, neraca perdagangan Indonesia defisit masing-masing US$ 207,1 juta dan US$ 527,21. Sedangkan surplus diraih pada Mei 2014 dan 2015 masing-masing US$ 53,3 juta dan US$ 950 juta," jelas ‎Suryamin.

Suryamin mengatakan, dengan perolehan ini, volume ekspor impor Indonesia sudah mampu menggerakkan sektor lain ‎melalui tahapan pemrosesan kembali. Surplus neraca perdagangan bulan kelima lalu, sambungnya, disokong dari nilai ekspor sebesar US$ 12,56 miliar atau lebih tinggi dari impor US$ 11,61 miliar. (Dny/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini