Sukses

Hadapi MEA, Kemenperin Siapkan 2 Strategi

Menurut data BPS, hingga 2013 jumlah unit usaha IKM mencapai 3,4 juta unit dan menyerap 9,7 juta orang tenaga kerja.

Liputan6.com, Jakarta - Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) mulai berjalan pada akhir 2015. Berlangsungnya MEA menuntut daya saing yang kuat dari negara-negara di kawasan tersebut. Indonesia, melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengusung dua strategi yaitu ofensif dan defensif untuk memenangi persaingan.

Menteri Perindustrian, Saleh Husin mengatakan, strategi ofensif dilakukan dengan membangun pusat pendidikan dan pelatihan industri. Implementasi yang dilakukan berkaitan dengan penguatan sektor Industri Kecil Menengah (IKM) antara lain pemberian insentif bagi IKM melalui program restrukturisasi mesin dan peralatan serta dengan memberi fasilitas akses permodalan bagi IKM melalui Kredit Usaha Rakyat, Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL), Modal Ventura dan Corporate Service of Responsibility (CSR).

"Selain itu, kami juga fokus pada penumbuhan wirausaha industri melalui pelatihan wirausaha baru dan bantuan start up capital," ujarnya di Jakarta, seperti ditulis Minggu (5/7/2015).

Menurut data BPS, hingga 2013 jumlah unit usaha IKM mencapai 3,4 juta unit dan menyerap 9,7 juta orang tenaga kerja. Angka tersebut akan terus ditingkatkan lagi melalui percepatan pertumbuhan wirausaha.

"Akselerasi itu menyasar penumbuhan wirausaha industri di daerah tertinggal dan daerah potensial, program Beasiswa Penumbuhan Wirausaha Industri yang bekerjasama dengan lembaga pendidikan dan lembaga keagamaan," lanjutnya.

Sedangkan strategi defensif menghadapi MEA , dilakukan dengan konsentrasi pada penyusunan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk produk-produk manufaktur dan mendorong Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).

Saat ini sudah tersusun 50 SKKNI sektor industri serta 25 Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) dan Tempat Uji Kompetensi (TUK). Secara progresif diupayakan penambahan 15 SKKNI dan 10 LSP sektor industri setiap tahunnya, diutamakan bidang industri prioritas.

Saleh juga menegaskan optimismenya terkait kinerja industri pada 2015. Hal ini merujuk pertumbuhan Industri non migas pada kuartal I tahun ini yang sebesar 5,21 persen dan lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi 2015 yaitu sebesar 4,71 persen.

Sementara, ekspor produk industri hingga Februari tahun 2015 sebesar US$ 17,57 miliar yang memberi kontribusi sebesar 69,16 persen dari total ekspor nasional yang sebesar US$ 25,41 miliar. Sedangkan impor produk industri sampai dengan Februari 2015 sebesar US$ 18,65 miliar turun sebesar 7,13 persen dibandingkan periode yang sama pada 2014 sebesar US$ 20,08 miliar.

Dari sisi investasi di bidang industri, total investasi yang masuk pada kuartal I 2015 mencapai US$ 20,32 juta. "Angka realisasi tersebut menurut data BKPM merupakan tertinggi sejak lima tahun terakhir," tandasnya. (Dny/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini