Sukses

Harga Minyak Jatuh Gara-gara Yunani

Harga minyak mentah acuan AS turun 7,7 persen menjadi US$ 52,53 per barel dipicu sentimen krisis penyelesaian utang Yunani.

Liputan6.com, New York - Harga minyak dunia mengalami aksi jual terbesar dalam lima bulan di awal pekan ini sehingga mendorong harga turun hampir 8 persen. Aksi ini juga dipicu dari hasil refendum Yunani yang menolak syarat penawaran dana talangan kreditor internasional. Tekanan terhadap harga minyak ditambah bursa saham China yang juga merosot.

Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) turun US$ 4,4 atau 7,7 persen menjadi US$ 52,53 per barel. Ini adalah penurunan terbesar dalam satu hari untuk minyak mentah acuan AS sejak awal Februari. Analis menilai, penurunan harga minyak mentah acuan AS itu menguji level bawah dalam enam tahun di kisaran US$ 42,03.

Sedangkan harga minyak Brent susut US$ 3,78 atau 6,3 persen ke level US$ 56,54. Angka ini di bawah rata-rata dalam 100 hari. Sejumlah sentimen negatif membayangi harga minyak di awal pejan. Hasil referendum Yunani yang diselenggarakan pada 5 Juli 2015 membuat euro jatuh terhadap dolar AS. Hal ini membebani permintaan komoditas berdenominasi dolar dari mata uang tunggal.

Selain itu, harga komoditas makin tertekan setelah bursa saham China jatuh sebanyak 30 persen seiring perlambatan ekonomi melambat.
Tekanan terhadap harga minyak juga berasal dari Iran. Kesepakatan antara Iran dan negara barat soal nuklir dengan batas waktu 7 Juli maka akan mendorong pasokan minyak ke pasar lebih besar. Hal ini terjadi bila sanksi terhadap Iran mereda.

Sebelumnya Iran berusaha untuk mengembalikan ekspor minyak yang telah turun dari 2,5 juta barel per hari pada 2011 menjadi sekitar 1 juta barel per hari pada 2014. Analis Morgan Stanley mengatakan, ekspor minyak Iran akan bertambah sekitar 700 ribu barel per hari pada akhir 2015. Hal ini dapat menunda pemulihan harga minyak.

"Dengan sejumlah sentimen yang membebani harga minyak, satu-satunya yang memberikan sentimen positif berasal dari permintaan musiman," kata John Kilduff, Analis Again Capital, seperti dikutip dari laman Reuters, Selasa (7/7/2015).

Selain itu, harga minyak juga makin merosot dipicu dari pengebor minyak AS yang kembali ke lapangan. Hal ini ditunjukkan dari jumlah rig minyak naik pada pekan lalu untuk pertama kalinya sejak Desember. (Ahm/)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini