Sukses

54 Proyek Ini Efektif Kurangi Impor dan Dongkrak Ekspor RI

Sebanyak 20 proyek investasi selesai terbangun pada 2016 dan sisanya akan selesai pada 2017 hingga 2020.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat sebanyak 54 proyek investasi asing yang segera memasuki tahap produksi komersial memberikan dampak ekonomi besar bagi Indonesia, terutama dari sisi nilai ekspor dan penghematan devisa karena menekan impor. Dari proyek senilai Rp 150 triliun tersebut, kontribusi kepada negara bisa mencapai puluhan triliun rupiah setiap tahunnya.

Kepala BKPM, Franky Sibarani mengungkapkan, dari 54 proyek tersebut, ada 22 proyek termasuk 2 proyek investasi yang sudah beroperasi bakal memulai produksi tahun ini. Sebanyak 20 proyek investasi selesai terbangun pada 2016 dan sisanya akan selesai pada 2017 hingga 2020.

"Jika 54 proyek ini selesai konstruksi, maka realisasi investasinya senilai US$ 13,62 miliar atau setara dengan Rp 150 triliun," ujar dia saat Konferensi Pers di kantornya, Jakarta, Jumat (10/7/2015).

Adapun 2 proyek investasi yang sudah berproduksi atau komersial mempunyai nilai US$ 705,52 juta. Terdiri dari sektor hilir pertambangan dengan nilai investasi US$ 635 juta dan industri komponen otomotif sebesar US$ 70,52 juta.  "Sedangkan 52 proyek lainnya masih dalam tahap konstruksi dengan nilai investasi sebesar US$ 12,91 miliar," sambung dia.

Dijelaskan Franky, dampak nilai ekspor yang disumbang dari 54 proyek tersebut mencapai US$ 3,33 miliar atau setara dengan Rp 44,29 triliun (estimasi kurs Rp 13.300 per dolar AS) per tahun.

Laporn Franky menunjukkan, dari 2 proyek investasi yang sudah masuk produksi komersial itu tercatat ada ekspor US$ 533,1 juta per tahun. Terdiri dari sektor hilir pertambangan menyumbang ekspor US$ 390 juta dan US$ 123,1 juta dari industri komponen otomotif.  "Dari 52 proyek sisanya yang masih dalam tahap konstruksi ada nilai ekspor US$ 2,78 miliar setiap tahun," katanya.

Sementara penghematan devisa dari substitusi impor dari proyek investasi tersebut, diterangkan Franky mencapai US$ 1,15 miliar atau Rp 15,29 triliun per tahun karena berkurangnya impor.

Penghematan ini berasal dari 3 proyek investasi yang saat ini sedang tahap pembangunan, yakni sektor petrokimia US$ 744 juta (proyek perluasan), bahan baku benang US$ 69 juta dan industri baja US$ 343,2 juta. (Fik/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.