Sukses

Isu RI Batasi Impor Sapi Bikin Eksportir Australia Ketar Ketir

Keputusan pembatasan izin impor ternak hidup dapat menyebabkan tersendatnya pengiriman sapi dalam jumlah besar.

Liputan6.com, Jakarta - Industri ternak di bagian utara Australia telah menerima kabar pemerintah Indonesia akan membatasi izin impor ternak hidup menjadi 50 ribu ekor saja pada kuartal III 2015. Izin tersebut memang belum dirilis, tapi kabar berkurangnya alokasi impor tersebut telah menyebar di kalangan peternak Australia.

Melansir laman abc.net.au, Selasa (14/7/2015), para eksportir ternak menuding keputusan tersebut dapat menyebabkan tersendatnya pengiriman sapi dalam jumlah besar. Lantaran, para eksportir telah mengalokasikan 200 ribu ternak hidup seperti permintaan para importir untuk periode Juli-September.

Padahal, pada kuartal sebelumnya, para eksportir mendapatkan izin untuk mengekspor 250 ribu ekor sapi. Tracey Hayes, dari the Northern Territory Cattlemen's Association mengatakan alokasi impor yang rendah dari Indonesia telah mengejutkan industri peternakan Australia.

"Kami memprediksi jumlah yang lebih tinggi, sekitar 200 ribu ekor untuk kuartal III. Jadi tentu saja mengejutkan, mendengar izin yang keluar hanya untuk 50 ribu sapi saja," terang Hayes.

Dirinya mengaku masih menanti keputusan final dari pemerintah Indonesia agar pihaknya dapat mengambil keputusan mengenai pengiriman sapi di kuartal tersebut.

Hayes mengatakan, izin 50 ribu ekor sapi saja akan menciptakan tantangan logistik untuk seluruh rantai pasokan. Tentu saja, itu juga menjadi bukti pentingnya izin impor per tahun, dan bukan per kuartal.

Haydn Sale, dari Yougawalla Station di Kimberley region, Western Australia mengatakan, pengurangan izin impor ternak dari pemerintah Indonesia ini akan membuat para eksportir kebingungan. "Saya rasa, para eksportir akan mulai sakit kepala menghadapinya," kata dia.

Sejauh ini, para eksportir sudah mulai mengalami guncangan industri lantaran izin ekspor terlambat dirilis. Apalagi ditambah isu pembatasan impor dari Indonesia yang kian meresahkan, lantaran biaya mengembangbiakkan sapi semakin mahal.

"50 ribu adalah jumlah yang luar biasa kecil, apalagi menjelang Lebaran seperti sekarang dan jumlahnya justru dikurangi. Itu jumlah yang sangat rendah," tandas Sale. (Sis/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini