Sukses

Harga Minyak Global Menguat, Namun di AS Tertekan

Harga minyak mentah AS jenis Light yang juga dikenal dengan West Texas Intermediate (WTI) ditutup turun 50 sen.

Liputan6.com, New York - Harga minyak bergerak di dua arah pada pasar yang berbeda di penutupan perdagangan Kamis (Jumat pagi waktu Jakarta). Penutupan sebuah ladang minyak di Inggris membuat harga global menguat sedangkan estimasi penurunan permintaan di Amerika Serikat (AS) menjadi sentimen pendorong penurunan harga minyak mentah di pasar AS.

Mengutip CNBC, Jumat (17/7/2015), harga minyak mentah AS jenis Light yang juga dikenal dengan West Texas Intermediate (WTI) ditutup turun 50 sen atau sekitar 1 persen menjadi US$ 50,91 per barel. Sementara harga minyak mentah Brent yang merupakan patokan harg adunia untuk pengiriman Agustus mengalami kenaikan 70 sen ke level 57,70 per barel.

Buzzard, ladang minyak di Inggris yang merupakan sumber paling penting dari minyak mentah yang mendasari harga Brent, tutup setelah terjadi gangguan listrik. Pasokan listrik di ladang tersebut putus sehingga membuat aktivitas di ladang terganggu.

Ladang tersebut biasanya memompa minyak mentah di kisaran 170 ribu barel per hari hingga 180 ribu barel per hari. Namun karena penutupan tersebut maka pasokan menjadi berkurang.

Juru bicara Nexen, salah satu perusahaan operator minyak di Buzzard yang merupakan unit bisnis dari perusahaan minyak China National Offshore Oil Corporation (CNOOC) menolak berkomentar.

Salah seorang dealer minyak mentah yang namanya tak mau disebutkan mengungkapkan bahwa saat ini sedang terjadi perbaikan kelistrikan di tambang tersebut.

Sedangkan di Amerika, data yang dikeluarkan oleh Departemen Energi AS menyebutkan bahwa persediaan minyak mentah turun 4,3 juta barel pada pekan lalu. Sedangkan data permintaan terus menunjukkan kenaikan sehingga menyerap produksi di Amerika dan juga global.

Kepala konsultan Energi Petromatrix, Olivier Jakob menyebutkan, permintaan minyak di Amerika cukup tinggi didorong oleh permintaan bensin yang besar yang bisa membantu menjaga kilang di AS tetap berproduksi.

"Namun stok minyak di AS masih terlalu tinggi dan berisiko mencapai rekor kembali para musim gugur nanti," jelasnya. Jika rekor produksi dan  persediaan mencapai puncak kembali maka kemungkinan besar harga minyak akan kembali tertekan. (Gdn/Igw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini