Sukses

6 Proyek Ambisius Energi Terbarukan di Asia

Asia membutuhkan investasi sebesar $ 700 miliar hingga 2035 untuk mengembangkan teknologi energi baru terbarukan.

Liputan6.com, New York - Di seluruh negara-negara Asia sedang bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan listrik dengan target membuat lebih banyak energi baru terbarukan. Energi baru terbarukan menjadi pilihan karena adanya kepedulian yang lebih besar untuk mengendalikan polusi. Polusi yang diciptakan oleh energi baru terbarukan memang lebih rendah jika dibanding dengan energi fosil.

Alasan lain digunakannya energi baru terbarukan karena memang sebagian ebsar negara di Asia tidak ingin lagi bergantung kepada bahan bakar fosil. Ketergantungan kepada bahan bakar fosil juga kan membuat biaya produksi semakin mahal karena sumber energi tersebut terbatas.

Mengutip CNBC, Jumat (17/7/2015), Asia membutuhkan investasi sebesar $ 700 miliar hingga 2035 untuk mengembangkan teknologi energi baru terbarukan. Menurut Badan Energi Internasional memperkiraan, Asia akan menjadi pemimpin dunia dalam kapasitas energi terbarukan.

Berikut ini adalah proyek-proyek energi terbarukan yang paling mengesankan di Asia:

Energi Angin Lepas Pantai, Jepang

Provinsi Fukushima Jepang sempat di landa gempa bumi, tsunami dan bencana nuklir tahun 2011. Namun provinsi tersebut kembali hidup sebagai pusat energi dengan menjadi rumah bagi proyek pengembangan energi angin lepas pantai dengan tujuan menggerakan tiga turbin angin terapung.

Perkiraan dana investasi yang dibutuhkan mencapai 18,8 milyar yen yang didanai oleh Kementerian negara Ekonomi, Perdagangan dan Industri (METI) negara tersebut.

Ketika proyek ini selesai, kemungkinan menjadi proyek energi angin terapung lepas pantai terbesar di dunia.

Energi Panas Bumi, Indonesia

Dihadapkan dengan kekurangan listrik kronis, Indonesia sedang mengejar proyek-proyek panas bumi. Saat ini masih berjuang mencari dana untuk proyek tersebut,  karena memerlukan banyak belanja modal di muka, dan investor menganggap Indonesia negara dengan risiko tinggi. Namun Negeri garuda ini memiliki sumber daya panas bumi terbesar di dunia.

Indonesia pertama kali memulai mengerjakan proyek panas bumi Sarulla di pulau Sumatera, kemungkinan yang terbesar di dunia, setelah berhasil mendapatkan sekitar us$ 1,2 miliar dari berbagai investor, dengan target selesai sekitar 25 tahun dari awal perencanaan. Proyek ini diharapkan menghasilkan sekitar 330 megawatt (MW).

Panel Surya, Korea Selatan

Setelah 30 tahun menjadi lokasi tambang batu, Pulau Geogeum di Korea Selatan telah di permak menjadi taman energi dengan luas 660.000 meter persegi. Daerah ini paling cerah di Korea Selatan ini menghasilkan sekitar 25 mega watt.

Negara ini memiliki sejarah unik dalam mencari tempat inovatif untuk panel surya, termasuk menggunakan nya sebagai naungan teduh pada jalur sepeda.

Panel Surya Terapung , Jepang

Tangkapan sinar matahari terbesar oleh panel surya terapung berada di kolam Sakasamaike di Kasai, Prefektur Hyogo jepang. Menghasilkan 2.3MW dengan 9.000 panel surya, cukup untuk sekitar 820 rumah tangga.

Salah satu keuntungan panel surya terapung di atas air adalah untuk menjaga panel dari panas berlebih sehingga meningkatkan efisiensi. Jepang telah menunjukkan minat khusus pada konsep tersebut karena banyak lokasi danau untuk pengairan sawah. Panel surya juga dapat membantu mencegah wabah ganggang biru-hijau yaitu dengan menghalangi cahaya matahari mencapai permukaan air.

Energi Matahari, India

Penambangan sinar matahari di negara bagian Madhya Pradesh India adalah salah satu yang terbesar di dunia, menghasilkan 151MW. diharapkan dapat mencukupi kebutuhan listrik untuk  720.000 rumah tangga.

India, negara terbesar ketiga penghasil gas rumah kaca, telah menargetkan peningkatan produksi energi terbarukan, dengan target sebesar 100GW pada tahun 2022.

Bendungan Tiga Ngarai, China

Bendungan Tiga Ngarai di China yang di gunakan juga sebagai pembangkit listrik di China telah menjadi kontroversi setidaknya 1,4 juta orang direlokasi, baik dalam tahap konstruksi maupun setelahnya, tingkat air yang meningkat menyebabkan tanah longsor yang tak terduga.

Kritikus mengatakan struktur besar dan berat air di danau dengan panjang 600 kilometer telah menyebabkan ribuan gempa bumi kecil. Ini juga menjadi malapetaka pada ekosistem di sepanjang Sungai Yangtze, dan mengakibatkan banyak situs aerkeolgi terkena banjir. Waduk juga telah terkontaminasi berton-ton sampah dan limbah beracun.

Pada tahun 2009, kantor berita resmi Xinhua mewartakan biaya us$ 37 milyar, termasuk biaya relokasi pengungsi. Namun proyek tersebut telah memenuhi tujuannya menghasilkan energi terbarukan, memproduksi lebih dari 200 miliar KWH pada tahun 2014, diperkirakan lebih dari dua kali lipat kebutuhan listrik di Beijing. (Ilh/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini