Sukses

Aksi Jual Dorong Harga Emas Dekati Level US$ 1.000

Harga emas untuk pengiriman Agustus, merupakan kontrak paling aktif diperdagangkan, ditutup turun 1,1 persen menjadi US$ 1.091,50 per ounce.

Liputan6.com, New York - Penguatan Dolar Amerika Serikat (AS) dan rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral AS atau The Federeal Reserve (The Fed) menjadi sentimen yang mendorong penurunan harga emas pada perdagangan Rabu (Kamis pagi waktu Jakarta). Para investor berbondong-bondng lari atau menjual kepemilikan emas mereka.

Mengutip Wall Street Journal, Kamis (23/7/2015), harga emas untuk pengiriman Agustus, merupakan kontrak paling aktif diperdagangkan, ditutup turun 1,1 persen menjadi US$ 1.091,50 per ounce di Divisi Comex New York Mercantile Exchange. Harga logam mulia tersebut berada di level terendah dalam lima tahun teakhir, setelah sebelumnya sempat mencapai level terendah pada 1996.

Investor berbondong-bondong menjual kepemilikan emas mereka untuk mengantisipasi kebijakan yang akan dilakukan oleh The Fed. Para analis dan pelaku pasar memperkirakan bahwa Bank Sentral AS akan menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam satu dekade terakhir.

Beberapa analis yakin bahwa kenaikan suku bunga tersebut akan dilakukan pada September 2015 ini atau kurang lebih dalam satu bulan ke depan, setelah rencana sebelumnya yaitu menaikkan pada Juni 2015 tidak dilakukan.

Pada pekan lalu, Gubernur The Fed Janet Yellen kembali menegaskan di hadapan anggota kongres bahwa Bank Sentral AS akan segera mengambil kebijakan kenaikan suku bunga karena memang data-data ekonomi yang ada cukup mendukung. The Fed hanya perlu keyakinan sedikit lagi untuk melakukan eksekusi kebijakan tersebut.

Dengan adanya kenaikan suku bunga, logam mulia menjadi tidak menarik lagi karena tidak memberikan bunga dan juga dividen. Berbeda, jika investor menaruh dana mereka ke instrumen keuangan akan mendapat dua keuntungan tersebut.

Pada saat yang sama, nilai tukar dolar AS juga mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Kenaikan nilai tukar dolar AS tersebut juga memberikan tekanan kepada harga emas bagi mereka atau investor yang bertransaksi menggunakan mata uang lainnya.

Dalam Indeks Dolar AS yang dibuat oleh Wall Street Journal yang mengukur nilai tukar dolar AS terhadap 16 mata uang lainnya memperlihatkan kenaikan 0,3 persen menjadi 88,45.

"Emas menjadi komoditas yang sangat berbahaya dimana penurunan yang terjadi sangat tajam," jelas Kepala Analis TD Securities, Bart Melek. Ada kemungkinan ke depannya harga emas akan menyentuh di bawah level US$ 1.000 per ounce. (Gdn/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.