Sukses

Penurunan Harga BBM Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia mengalami tren penurunan dalam satu tahun terakhir hingga ke level US$ 50 per barel dan diprediksi akan terus turun dengan masuknya kembali minyak asal Iran ke pasar  global setelah adanya kesepakatan bersejarah mengenai nuklir.

Dengan turunnya harga minyak dunia tersebut, Ketua Komisi VI DPR RI, Hafisz Tohir, menilai bahwa pemerintah juga harus menyesuaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di dalam negeri.

‎"Kebijakan pemerintahan dengan mencabut subsidi BBM dan menyerahkannya pada mekanisme pasar harus diganti. Pemerintah wajib mengevaluasi kembali harga BBM dari harga yang ditetapkan saat ini‎," katanya, Kamis (23/7/2015).

Menurutnya, bila perlu saat ini juga pemerintah menurunkan kembali harga BBM sesuai harga keekonomian. Kebijakan ini mendesak dilakukan pemerintah untuk membangkitkan  perekonomian nasional yang sedang lesu.

Ini dinilainya dapat merangsang kembali daya beli masyarakat yg sempat turun dimana selama ini daya beli di sektor konsumsi menjadi salah satu andalan pertumbuhan ekonomi .

"Kalau mau adil, kebijakan pemerintah yang menyerahkan mekanisme pasar ini sebenarnya bertentangan dengan konstitusi sebagaimana telah diputuskan oleh Mahkamah Konstitusi. Sehingga pemerintah harus ada atau hadir untuk rakyat,"‎ paparnya.

Seperti di ketahui, pada perdagangan Rabu (22/7/2015) kemarin, harga minyak mentah jenis Light Sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk penyerahan Agustus anjlok US$ 1,63 per barel menjadi US$ 51,41 per barel di New York Mercantile Exchange.

Sementara itu, minyak mentah Brent North Sea yang menjadi patokan global, menetap di US$ 56,86 per barel di perdagangan London, turun US$ 1,65 per barel dari perdagangan sebelumnya. (Yas/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini