Sukses

Rizal Ramli: Ekonomi Melambat, RI Jangan Salahkan Dunia

Kunci dari pertumbuhan ekonomi nasional agar tidak masuk ke dalam periode resesi adalah dengan melakukan pembenahan ke dalam.

Liputan6.com, Jakarta - Ekonom senior Rizal Ramli mengungkapkan bahwa pemerintah sebaiknya tidak menjadikan faktor eskternal sebagai alasan perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional. Pasalnya, ada beberapa negara lain mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi RI meskipun tertumbuhan ekonomi dunia memang sedang tertekan.

Ia pun mencontohkan, India mampu mencatatkan pertumbuhan ekonomi di level 7,3 persen. Filipina yang dulu dianggap sebagai negara yang sulit berkembang, ternyata mampu mendorong pertumbuhan ekonominya ke level 7,2 persen.

"Jadi sudah tidak zamannya untuk menyalahkan pertumbuhan ekonomi global sebagai penyebab perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional," tuturnya saat berkunjung ke kantor Liputan6.com, Kamis (23/7/2015).

Rizal menggambarkan, sebenarnya jika kondisi di dalam negeri kuat, Indonesia mampu membukukan pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen. "Ibaratnya jika tubuh dalam kondisi bagus maka tidak akan terserang penyakit. Namun jika memang daya tahan tubuh lemah, maka kena virus flu saja bakal tumbang," jelasnya.

Oleh sebab itu, kunci dari pertumbuhan ekonomi nasional agar tidak masuk ke dalam periode resesi adalah dengan melakukan pembenahan ke dalam sehingga perekonomian nasional memiliki daya tahan yang kuat terhadap situasi global.

Rizal menyarankan agar Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuat kebijakan-kebijakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di dalam negeri. Salah satu hal yang perlu dilakukan adalah pelonggaran kebijakan baik fiskal maupun moneter.

Ia mencontohkan, Menteri Keuangan harus melonggarkan kebijakan ekspor untuk mendorong produksi nasional. Selain itu, otoritas perbankan juga harus bisa mendorong agar bank mau menurunkan bunga kredit sehingga mendorong pertumbuhan sektor riil.

Mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian ini juga meminta agar Presiden Jokowi bisa mendorong seluruh bawahannya berjalan seiring. Pasalnya, kadang keinginan yang diinginkan oleh presiden tidak seirama dengan aksi kebijakan yang dibuat oleh para menterinya.

Ia mencontohkan, sejak awal menjabat, Presiden Jokowi mengungkapkan bahwa pemerintah akan mendorong pertumbuhan ekonomi RI dengan memanggil investasi dari luar negeri. Namun ternyata kebijakan yang dibuat oleh para menteri tidak mendukung.

"Malah ada aturan yang membatasi asing untuk masuk seperti mewajibkan tenaga kerja asing bisa berbahasa Indonesia," jelasnya.

Untuk diketahui, Badan Pusat Statisitik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2015 mencapai 4,71 persen secara tahunan (year on year/yoy), atau turun dibandingkan kuartal I 2014 sebesar 5,21 persen.

Kepala BPS Suryamin mengatakan besaran pertumbuhan ekonomi ini dipengaruhi melemahnya perekonomian di China. "Yang menentukan pertumbuhan ekonomi karena ekonomi China menurun dari 7,4 persen menjadi 7 persen," kata dia di kantornya, Selasa (5/5/2015).

Penyebab lainnya pelemahan harga minyak mentah dunia. Kemudian penurunan nilai ekspor dan impor di kuartal I dibandingkan periode yang sama di tahun lalu. (Gdn/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.