Sukses

Pemintaan Dalam Negeri Turun, Holcim Mulai Pikirkan Ekspor

Total kapasitas produksi Holcim Indonesia mencapai 12,5 juta ton per tahun, belum termasuk pabrik Tuban yang baru.

Liputan6.com, Jakarta - Industri semen dalam negeri mengeluhkan penurunan permintaan semen pada 2015 ini. Penurunan tersebut mengakibatkan produk semen di dalam negeri dalam kondisi over supply.

Direktur Keuangan PT Holcim Indonesia, Kent Carson mengatakan, meski cemas dengan keadaan tersebut, namun industri semen di dalam negeri masih optimistis perbaikan ekonomi dan jalannya proyek-proyek infrastruktur ke depan mampu mendorong permintaan semen di dalam negeri.

"Memang sih kami cemas, tapi ini kan industri jangka panjang. Dan seperti industri lainnya, pasti ada siklus bisnis naik atau turun. Di siklus semen sekarang lagi di bawah. Tapi ini jangka panjang, dimana pabrik ini punya outlook hingga 50 tahun hingga 75 tahun ke depan. Indonesia adalah pasar yang bagus," ujarnya di Kantor Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Jakarta, Jumat (24/7/2015).

Dia menjelaskan, saat ini Holcim Indonesia memiliki pabrik yang berada di tiga wilayah berbeda. Pabrik pertama berada di Narogong, Bekasi. Pabrik kedua berada di Cilacap, Jawa Tengah. Dan pabrik ketiga di Tuban, Jawa Timur. Bahkan untuk Tuban, Holcim telah melakukan pengembangan pabrik dengan menambah pabrik Tuban 2 dan siap beroperasi pada Agustus 2015.

"Total kapasitas produksi kita 12,5 juta ton per tahun, ini belum termasuk pabrik Tuban yang baru. Kalau tahun kemarin (kapasitas) terpakainya full, sekarang kayanya nggak terlalu. Pabrik di Narogong untuk suplai ke kawasan barat, di Cilacap untuk ke wilayah Kalimantan dan sekitarnya. Sedangkan tuban untuk distribusi ke kawasan timur," jelasnya.

Jika permintaan di dalam negeri belum juga membaik, lanjut Kent, pihaknya telah memiliki rencana B agar produksi semen Holcim bisa tetap terserap secara maksimal, yaitu dengan mengekspor ke negara lain.

Menurut dia, saat ini perseroan telah telah mengekspor produk semennya ke Afrika dan Malaysia. Namun volume ekspor tersebut sangat kecil jika dibandingkan dengan penyerapan untuk pasar di dalam negeri.

"Kalau demand-nya lemah, sekarang supply lebih dari demand. Karena kami adalah global player, jaringan kami banyak mungkin alternatif lain adalah ekspor ke Vietnam, Filipina dan Afrika yang demandnya lagi tinggi. Kalau ekonomi nggak bangkit, itu plan B-nya," tandas dia. (Dny/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini