Sukses

Harga Minyak Naik Dipicu Melambatnya Produksi di AS

Pedagang juga terus memantau tanda-tanda jika Federal Reserve AS akan menaikkan suku bunganya pada bulan September.

Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah dunia bertambah sekitar 1 persen pada Jumat (31/7/2015) ini, karena para pedagang bertaruh pada kondisi terburuk setelah data menunjukkan kemungkinan perlambatan dalam produksi minyak AS.

Melansir laman Financial Times, harga patokan minyak internasional Brent naik US$ 1 ke posisi US$ 54,38 per barel. Harga minyak bertambah sekitar 4 persen sejak mencapai posisi terendahnya dalam enam bulan sebesar US$ 52 di awal pekan ini.

Sementara harga patokan minyak AS, West Texas Intermediate, naik 32 sen menjadi US$ 49,09 per barel. Kenaikan untuk sesi ketiga berturut-turut.

Harga minyak mentah telah kembali pulih setelah data mingguan dari lembaga Administrasi Informasi Energi AS menunjukkan penurunan besar dalam stok dan kemungkinan output yang lebih dalam, di mana ini menjadi tanda pengeboran shale AS akhirnya akan melambat dan mempengaruhi harga.

Meski begitu, jumlah persediaan minyak AS masih tetap mendekati rekor, di mana para pimpinan eksekutif perusahaan energi terkemuka telah memperingatkan penurunan dalam waktu lama akan membuat harga yang lebih rendah.

Eksekutif BP dan Shell mengatakan mereka mengharapkan harga akan tetap lembut dalam jangka menengah setelah melaporkan perolehan keuntungan perusahaan di kuartal kedua. Ini meskipun perusahaan telah mendapatkan keuntungan dari operasional penyulingan dengan biaya yang lebih rendah.

"Implikasi yang jelas adalah bahwa setiap keputusan investasi yang diambil tahun ini harus cukup kuat untuk bertahan hidup dari kelanjutan harga minyak yang sangat rendah," kata David Hufton, Broker minyak PVM.

Pedagang juga terus memantau tanda-tanda jika Federal Reserve AS akan menaikkan suku bunganya pada bulan September. Sebab ini menandakan berakhirnya periode tujuh tahun kebijakan moneter yang akomodatif dalam perekonomian terbesar di dunia tersebut.

Di sisi lain, negara produsen minyak OPEC, melihat permintaan minyak mentah akan naik dan berharap pasar akan lebih seimbang pada tahun depan. Meskipun Sekjen OPEC, Abdallah El Badri mengaku tidak mengharapkan kelompoknya mengurangi produksi karena kebijakan pengutamaan pangsa pasar ketimbang harga. (Nrm/Igw)


* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.