Sukses

Menkeu: RI Tak Ada Indikasi Krisis Meski Rupiah Melemah

Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro mengatakan bila suku bunga AS sudah naik maka mengurangi risiko di pasar.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah menegaskan Indonesia tidak mengalami krisis meski ekonomi melambat dan nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hingga nyaris mendekati level 13.500. Kondisi tersebut terjadi karena tren penguatan dolar AS atas hampir semua mata uang di dunia.

Menteri Keuangan (Menkeu), Bambang Brodjonegoro mengungkapkan tekanan kurs rupiah datang dari pemulihan ekonomi di AS serta spekulasi kebijakan kenaikan suku bunga acuan The Federal Reserve.

"Itu yang kita sebut sebagai mem-price in dari perkiraan tingkat bunganya naik. Jadi bunga belum naik, tapi seolah-olah sudah naik. Jika sudah naik, maka gejolaknya tidak akan sebesar hari ini," terang dia saat ditemui di kantornya, Jakarta, Jumat (31/7/2015).

Bambang menuturkan, penguatan dolar AS terjadi di seluruh mata uang dunia. Kondisi ini berbeda pada saat krisis 1997-1998, nilai tukar rupiah melemah sendiri terhadap dolar AS. Dia menjelaskan, inflasi ketika krisis pun meningkat tajam.

"Ini sangat beda sekali fundamentalnya, jadi tidak ada indikasi akan krisis, karena beda kondisi sekarang aman terkendali seperti inflasi. Kondisi 2008, inflasi luar biasa naik, pertumbuhan negatif sampai 14 persen, sedangkan sekarang aman meski melambat," tegas dia.

Sayang, Bambang enggan menyebutkan risiko pelemahan rupiah terhadap fiskal. Dia hanya memastikan tidak ada masalah berarti pada fiskal Indonesia mengingat harga komoditas tengah mengalami penurunan.

"Tidak ada masalah, harga segala macam lagi turun. Nanti dibilang cari untung lagi," tutur Bambang.

Mengutip data valuta asing Bloomberg, pada Jumat pekan ini pukul 12.04 WIB, nilai tukar rupiah kembali melemah ke level 13.488 per dolar AS. Padahal nilai tukar rupiah sempat menguat ke level 13.473 per dolar AS pada pukul 09.15 WIB.

Rupiah dibuka melemah 18 poin menjadi 13.476 per dolar AS, dari penutupan Kamis 30 Juli 2015 di level 13.458 per dolar AS. Pada hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.464-13.497 per dolar AS.

Sedangkan kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI), nilai tukar rupiah melemah ke level 13.481 per dolar AS pada Jumat pekan ini dari periode Kamis 30 Juli di kisaran 13.468 per dolar AS.

Ekonom PT Bank Saudara Tbk, Rully Nova mengatakan pelaku pasar masih wait and see rilis data makro ekonomi Indonesia mulai dari inflasi, pertumbuhan ekonomi kuartal II, dan neraca berjalan. Harapan pelaku pasar tidak terlalu bagus terhadap data makro ekonomi di kuartal II 2015. Mengingat konsumsi masyarakat menurun di kuartal II yang ditunjukkan dari penjualan ritel dan otomotif. Pertumbuhan ekonomi pun diperkirakan sekitar 4,7 persen-4,8 persen pada kuartal II 2015.

Selain itu, Rully menuturkan, dolar AS makin menguat. Ketidakpastian kenaikan suku bunga Amerika Serikat menambah risiko di pasar. Hal itu membuat pelaku pasar lebih memilih pegang dolar AS ketimbang mata uang emerging market termasuk rupiah. (Fik/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini