Sukses

Kekeringan, RI Bakal Impor Pangan?

Pemerintah mengaku telah mempersiapkan diri menghadapi kekeringan atau El Nino yang diperkirakan hingga Oktober.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah mengaku telah mempersiapkan diri menghadapi kekeringan atau El Nino yang diperkirakan akan berlangsung hingga Oktober mendatang. Salah satunya opsi mengimpor pangan dari negara lain jika produksi pangan menurun sebagai dampak dari El Nino.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil usai Rapat Terbatas dengan Presiden menyatakan, segala bentuk antisipasi dikerahkan pemerintah guna menghadapi kekeringan ini. Mulai dari potensi kebakaran hutan, kekurangan air bersih sampai pentingnya mengamankan pasokan pangan akibat merosotnya produksi.

"Diperintahkan kepada Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup, Kepolisian untuk membantu antisipasi kekeringan, kebakaran hutan, kekurangan air. Tindakan apa yang perlu dilakukan karena implikasinya ke suplai pangan," terang dia di kantornya, Jakarta, Jumat (31/7/2015).

Katanya, antisipasi pemerintah dalam bentuk penyediaan peralatan memadamkan api jika terjadi kebakaran hutan, serta mensosialisasikan ke masyarakat untuk waspada dengan kemungkinan yang akan terjadi.

"Masyarakat hati-hati musim krisis, jangan bakar sampah di hutan. Jika cuaca terus begini, bikin hujan buatan. Kalau perlu impor pangan, kita akan impor. Kalau perlu ya, ingat. Tapi kita lihat lagi angkanya (produksi) minggu depan," tegas Sofyan.

Di samping itu, dia bilang, El Nino tidak selamanya menimbulkan dampak negatif, tapi juga memberi keuntungan. Salah satunya meningkatkan produksi ikan di laut sehingga pemerintah akan menyediakan kapal dan jala kepada nelayan.  

"Jika cuacanya panas, air tinggi, dan plankton akan berkembang cepat sehingga memberikan makanan banyak untuk ikan. Dengan begitu, produksi ikan akan melimpah akibat El Nino," terang dia.  

Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian, Hari Priyono mencatat kekeringan sampai dengan Juli menimpa 111 ribu hektare (ha) lahan pertanian dengan dampak gagal panen (puso) 8.900 ha. Angka itu dari total target tanam sawah yang mencapai 14,3 juta ha.

"Yang terkena kekeringan 111 ribu ha dan puso 8.900 ha. Jumlah ini relatif kecil dari 14,3 juta ha target tanam. Kekeringan terparah terjadi di Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Jawa Timur, NTB dan Sulawesi Selatan," ucap dia.

Imbas tersebut menyusutkan produksi padi petani. Hari memperkirakan penurunan produksi padi akibat el nino tidak signifikan, yakni sekitar 75,2 juta ton. Sementara dari angka ramalan I, ditargetkan produksi padi meningkat 6 persen menjadi 75,5 juta ton.(Fik/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.