Sukses

Saham Energi Rontok Bikin Wall Street Ditutup Melemah

Biaya tenaga kerja AS pada kuartal kedua, tercatat mengalami kenaikan terkecil dalam 33 tahun.

Liputan6.com, New York - Wall Street ditutup melemah pada perdagangan di akhir pekan ini, dipicu penurunan saham perusahaan-perusahaan energi. Ini juga terimbas rilis data pertumbuhan upah yang rendah membuat spekulasi jika Federal Reserve AS kemungkinan akan menunda rencana kenaikan suku bunganya pada September.

Melansir laman Reuters, Sabtu (1/8/2015), indeks Dow Jones Industrial Average berakhir turun 0,31 persen menjadi 17.690,46 poin. Sementara indeks S&P 500 lebih rendah 0,22 persen menjadi 2.103,92. Serta indeks Nasdaq Composite turun tipis 0,01 persen menjadi 5,128.28. Namun secara mingguan, indeks Dow tercatat naik 0,7 persen, S & P bertambah 1,2 persen dan Nasdaq naik 0,8 persen.

Melemahnya bursa AS ini usai terjadi penurunan di sektor energi, seperti saham Exxon Mobil (XOM.N) yang turun 4,58 persen, sementara Chevron (CVX.N) kehilangan 4,89 persen setelah perusahaan melaporkan laba kuartalan yang rendah akibat penurunan harga minyak.

Penurunan nilai saham perusahaan energi, serta harga minyak mentah dipicu kekhawatiran tentang kelebihan pasokan, yang memberikan kontribusi penurunan hingga 2,6 persen pada indeks saham energi. "Ini semua tentang rotasi (antar sektor)," kata Dennis Dick, Kepala Pasar dan Pedagang Bright Trading LLC.

Investor juga sedang berdebat tentang apakah data yang menunjukkan pertumbuhan upah yang melemah bisa mendorong Federal Reserve untuk berpikir dua kali menaikkan suku bunganya pada September. Analis menunjukkan bahwa pertumbuhan upah yang lemah merupakan gejala perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Biaya tenaga kerja AS pada kuartal kedua, tercatat mengalami kenaikan terkecil dalam 33 tahun, dengan Indeks Biaya Ketenagakerjaan merayap naik kurang dari yang diperkirakan sebesar 0,2 persen.

"Besarnya kehilangan itu pasti sedikit kejutan, terutama karena orang yang benar-benar bersiap-siap untuk menghadapi kenaikan (suku bunga) pada September. Ini pasti menempatkan probabilitas yang rendah pada hal itu," kata Stanley Sun, Ahli Strategi Suku Bunga di Nomura Securities International, New York.

Awal pekan ini, banyak investor menganggap komentar positif The Fed tentang ekonomi sebagai sinyal bahwa kenaikan suku bunga bisa terjadi pada awal September.

Sekitar 6,8 miliar saham berpindah tangan di bursa AS, tepat di atas rata-rata harian 6,7 miliar bulan ini, menurut BATS Global Markets.(Nrm/Igw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.