Sukses

Harga Minyak Jatuh Usai AS Menambah Operasional Rig

Banyak analis dan investor telah memperingatkan selama berbulan-bulan bahwa produksi minyak mentah bisa terus naik.

Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah dunia kembali jatuh ke posisi terendah di akhir pekan ini, usai produsen minyak Amerika Serikat (AS) menempatkan rig pengeboran lebih banyak untuk berproduksi meskipun pasokan dunia mengalami kelebihan.

Mengutip laman Wall Street Journal, Sabtu (1/8/2015), harga patokan minyak AS susut US$ 1,40 (2,9 persen) ke posisi US$ 47,12 per barel di New York Mercantile Exchange.

Sementara patokan minyak global, Brent, turun US$ 1,10 atau 2,1 persen menjadi US$ 52,26 per barel di ICE Futures Europe, yang menjadi penutupan terendah sejak 29 Januari.

Banyak analis dan investor telah memperingatkan selama berbulan-bulan bahwa produksi minyak mentah bisa terus naik bahkan di tengah pemotongan besar-besaran dari produsen AS. Harga minyak mentah AS telah jatuh dalam beberapa pekan terakhir.

Bahkan saat ini, produsen AS menempatkan rig pengeboran lebih banyak untuk beroperasi. Pengoperasian rig yang lebih besar dikombinasikan dengan produksi yang lebih banyak dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), menunjukkan jika kelebihan pasokan minyak dunia akan terus bertahan meskipun terjadi penurunan harga.

"Ini hanya satu hal lagi yang menambah bearish untuk pasar," kata John Saucer, Wakil Presiden Penelitian dan Analisis Mobius Risk Group di Houston, seraya menambahkan jika harga minyak cenderung menguji posisi terendahnya pada tahun ini.

Berita penambahan rig dan terus jatuhnya minyak mentah dibayangi tanda-tanda bahwa produksi AS kemungkinan telah mencapai puncaknya. Lembaga Informasi Administrasi Energi AS merilis data yang menunjukkan jika produksi minyak negara ini mencapai posisi tertinggi dalam 44 tahun hampir 9,7 juta barel per hari pada bulan Maret dan telah menurun menjadi 9,5 juta barel dalam dua bulan.

Meskipun terjadi penurunan, itu adalah bukti pertama produksi minyak AS telah mencapai puncaknya, menjadi titik data yang membuat pedagang putus asa.

Kerugian menempatkan harga minyak mentah AS turun hampir 21 persen di bulan Juli. Sementara harga Brent susut sekitar 18 persen pada bulan tersebut. Keduanya memiliki kinerja bulan terburuk sejak Desember.

Persediaan minyak dunia yang tinggi telah membuat harga tertekan dan meningkatnya persaingan di antara produsen yang mengambil langkah-langkah pemotongan biaya.

Di sisi lain, komentar Abdalla Salem el-Badri, Sekretaris Jenderal OPEC pada Kamis sedikit meyakinkan pasar jika kelebihan pasokan minyak akan ditangani segera. El-Badri berada di Moskow untuk melakukan pembicaraan dengan Menteri Energi Rusia, Alexander Novak.(Nrm/Igw)


* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini