Sukses

Antisipasi Rilis Data Ekonomi, IHSG Berpotensi Menguat

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan bergerak di kisaran 4.749-4.850 pada perdagangan saham Senin pekan ini.

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan melanjutkan penguatan di awal pekan perdagangan saham. Rilis laju data ekonomi dinilai akan mempengaruhi laju IHSG.

Analis PT Asjaya Indosurya Securities, William Suryawijaya menuturkan IHSG berpotensi menguat dengan target resistance 4.854 yang wajib ditembus untuk dapat menggeser area konsolidasi ke arah atas. Akan tetapi, IHSG dapat aman selama level support terjaga kuat di level 4.704. IHSG masih berpotensi menguat dalam jangka panjang.

Kepala Riset PT Universal Broker Securities, Satrio Utomo mengatakan IHSG dapat kembali melanjutkan penguatan di awal pekan ini. Penguatan itu ditopang dari pelaku pasar yang sudah mengantisipasi rilis data ekonomi mulai dari pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Meski demikian, IHSG ada sedikit ke arah konsolidasi mengingat indeks saham Dow Jones alami koreksi pada Jumat pekan lalu.

"Selama IHSG bertahan di atas support 4.749 maka seharusnya bisa menguat. IHSG akan bergerak di kisaran support 4.749-4.771 dan level resistance 4.835-4.850 pada awal pekan," kata Satrio saat dihubungi Liputan6.com, Senin (3/8/2015).

Sementara itu, dalam riset PT Sinarmas Sekuritas menyebutkan IHSG akan bergerak menguat di kisaran level 4.750-4.830 pada perdagangan saham Senin pekan ini. Sejumlah rilis data ekonomi yang mempengaruhi laju IHSG antara lain dari China akan merilis data NBS manufacturing PMI yang diperkirakan ke level 50,08 dibandingkan sebelumnya di level 50,2.

Dari Jepang juga merilis data manufaktur yang diperkirakan bertambah 1,3 ke level 51,4. "Sedangkan dari Indonesia menantikan dirilisnya data inflasi Juli yang diperkirakan ke level 0,76 persen MoM dibandingkan sebelumnya di level 0,54 persen MoM," tulis riset PT Sinarmas Sekuritas.

Ekonom Bank DBS, Gundy Cahyadi memperkirakan, pertumbuhan ekonomi tetap di bawah 5 persen pada kuartal II 2015. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan 4,7 persen. Sehingga pertumbuhan ekonomi berpeluang tidak lebih tinggi dari 4,9 persen sepanjang 2015. Hal itu sudah memperhitungkan belanja fiskal menjelang akhir tahun.

"Pertumbuhan ekonomi sepanjang 2015 bahkan mungkin lebih rendah, jika tidak melihat perbaikan dalam laju pengeluaran fiskal ke depan," tutur Gundy.
Meski demikian, Gundy memperkirakan, data perdagangan tetap kuat pada Juni 2015. Hal itu didukung dari impor dan ekspor tertekan.

Untuk rekomendasi saham, William memilih sejumlah saham antara lain PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Jasa Marga Tbk (JSMR), PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI), dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR).

Sedangkan Satrio menyarankan untuk membeli saham bank dan barang konsumsi. Sedangkan saham kontruksi yang jadi pilihan antara lain saham PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), dan PT PP Tbk (PTPP). "Speculative buy untuk saham konstruksi," ujar Satrio.

Pada penutupan perdagangan saham, Jumat 31 Juli 2015, IHSG menguat 90,03 poin (1,91 persen) ke level 4.802,52. Indeks saham LQ45 naik 2,5 persen ke level 813,09. Seluruh indeks saham acuan menguat sepanjang hari ini. (Ahm/)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.