Sukses

Perlambatan Ekonomi Bikin Konsumsi Batu Bara PLN Turun

PLN memperkirakan realisasi konsumsi batu bara perseroan sampai akhir 2015 hanya 61 juta ton.

Liputan6.com, Jakarta - Konsumsi batu bara PT PLN (Persero) pada tahun ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Penurunan tersebut karena terjadi perlambatan ekonomi yang membuat konsumsi batu bara untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) juga menurun.

Kepala Divisi Batu Bara PLN, Harlen mengatakan, penurunan konsumsi batu bara tersebut seiring dengan berkurangnya pengoperasian PLTU, karena permintaan listrik industri menurun.

" Ada anomali yang luar biasa pada kuartal I kemarin. Penggunaan batu bara sangat rendah. Pembangkit Suralaya, Merak, Cilegon, Banten, stop operasi dua unit. Biasanya stop operasi dilakukan karena hari raya," kata Harlen, di Kantor Pusat PLN, Jakarta, Senin (3/8/2015).

Melihat kondisi tersebut, PLN memperkirakan realisasi konsumsi batu bara perseroan sampai akhir 2015 hanya 61 juta ton. Jauh di bawah target konsumsi tahun ini yang tercatat 91 juta ton.

"Tahun ini kemungkinan 61 juta ton. Pemakaian batu bara tidak sesuai perkiraan. Mestinya tahun ini sama tahun depan, akhirnya tahun depan sama dengan tahun ini," paparnya.

Harlen mencatat, konsumsi batu bara yang diserap PLTU sampai semester pertama 2015 mencapai 32 juta ton. Karena penurunan konsumsi tersebut,  stok batu bara yang dimiliki oleh PLN melimpah.

"Konsumsi kemarin, pada semester I 2015 tercatat di angka 32 juta ton. Hampir sama dengan semester kemarin. Kami pernah stok batu bara tinggi banget makanya Maret dan April kami kurangkan pemakaian batu bara," pungkasnya.

Kinerja

PLN mencatat kerugian bersih pada Semester I 2015 sebesar Rp 10,5 triliun. Nilai kerugian tersebut turun Rp 25 triliun dibanding dengan Semester I 2014 yang tercatat Rp 35,5 triliun.

Sekretaris Perusahaan PLN, Adi Supriono, mengatakan, laba usaha Perseroan pada semester I 2015 tercatat Rp 24,7 triliun, turun sebesar Rp 4,1 triliun atau 14,2 persen dibanding periode lalu yang tercatat Rp 28,8 triliun.

"Penurunan laba bersih ini terutama karena adanya rugi selisih kurs yaitu dari laba kurs Rp 4,4 trilliun pada Semester I 2014 menjadi rugi kurs Rp 16,9 trilliun pada Semester I 2015," kata Adi.

Menurut Adi, dengan diberlakukannya Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 mulai tahun 2012, maka sebagian besar transaksi tenaga listrik antara PLN dengan pengembang listrik swasta (Independent Power Producer/IPP) dicatat seperti transaksi sewa guna usaha.

Kondisi ini berdampak pada liabilitas hutang valuta asing PLN yang meningkat signifikan dan laba rugi PLN sangat berfluktuasi dipengaruhi oleh nilai tukar rupiah terhadap valuta asing. (Pew/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.