Sukses

Permintaan Rumah Menengah Bawah Tetap Moncer

Kebutuhan rumah setiap tahun mencapai 800 ribu unit, dan akan terus bertambah akibat rendahnya pasokan setiap tahun yang berkisar 200 ribu.

Liputan6.com, Jakarta - Kebutuhan yang tinggi menyebabkan permintaan rumah menengah bawah tidak pernah surut. Bahkan pengembang di segmen rumah murah ini mengaku penjualannya meningkat 20 persen selama semester I 2015, dibandingkan periode serupa tahun lalu.

Wakil Ketua Umum DPP Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi), Daniel Djumali mengungkapkan segmen rumah menengah bawah ditopang kebutuhan masyarakat yang tinggi terhadap rumah layak huni.

Dia menyebutkan kebutuhan rumah setiap tahun mencapai 800 ribu unit lebih, dan akan terus bertambah akibat rendahnya pasokan setiap tahun yang hanya berkisar 150 ribu hingga 200 ribu.

Selain pasarnya sudah pasti, penurunan daya beli di segmen menengah juga berpengaruh positif terhadap permintaan rumah menengah bawah baik yang bersubsidi maupun non-subsidi.

"Konsumen yang semula mau membeli rumah di kelas menengah, akibat daya beli turun akhirnya juga beli rumah di segmen menengah bawah dengan harga di bawah Rp 200 jutaan," kata Daniel kepada Liputan6.com, Selasa (4/8/2015).

Pengembang Perumahan Garden City Residence di Tangerang, Banten, itu mengaku penjualan rumah-rumah menengah bawahnya naik 20 persen pada paruh pertama tahun ini. Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan penjualan di segmen menengah atas yang rata-rata turun di atas 40 persen pada semester I 2015.

Menurut Daniel, permintaan rumah di segmen bawah ini diharapkan akan tetap positif pada semester II 2015 terlebih bila pemerintah konsisten mendorong program sejuta rumah.

Dia berpendapat, rencana pemerintah yang akan menambah skim pembelian untuk rumah subsidi mulai 2016 diyakini akan menjadi stimulus bagi pasar perumahan menengah bawah pada tahun depan.

Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menjamin skim pembiayaan perumahan pada 2016 akan lebih baik dan lebih komplit dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Selain Kredit Pemilikan Rumah berbasis Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (KPR-FLPP), akan disediakan pula skim Subsidi Selisih Bunga (SSB) dan Subsidi Uang Muka (SUM).

Direktur Jenderal Pembiayaan Perumahan, Maurin Sitorus mengungkapkan pada tahun depan Program Sejuta Rumah sudah masuk dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Berbeda dengan tahun ini, dimana pembiayaan FLPP hanya Rp 5,1 triliun, mengingat pencanangan program tersebut baru dilakukan pada 29 April 2015 atau setelah APBN dan APBN-P 2015 disahkan.

Menurut Maurin, Kementerian PUPR sudah mengajukan pagu indikatif untuk pembiayaan perumahan tahun 2016 kepada Kementerian Keuangan Pagu Indikatif yang diajukan mencapai sebesar Rp 9,3 triliun untuk KPR FLPP, dan untuk subsidi selisih bunga sebesar Rp 900 miliar. (Nrm)

Reporter: Muhammad Rinaldi

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini