Sukses

Ekonom Ramal Pertumbuhan Ekonomi RI 4,7% di Kuartal II

Perlambatan ekonomi ini disebabkan pelemahan ekspor dan impor terutama impor bahan baku.

Liputan6.com, Jakarta Ekonom meramalkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II 2015 berada di bawah 5 persen atau sama dengan realisasi kuartal I sebesar 4,7 persen. Perlambatan ekonomi ini disebabkan pelemahan ekspor dan impor terutama impor bahan baku.

Ekonom DBS Bank Ltd, Gundy Cahyadi memproyeksikan ekonomi Indonesia hanya akan mampu bertumbuh 4,7 persen di kuartal II ini. Angka tersebut tidak beranjak dari perolehan pertumbuhan ekonomi di periode Januari-Maret sebesar 4,7 persen.  

"Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) kemungkinan tetap di bawah 5 persen (YoY) di kuartal II, tepatnya 4,7 persen," ucap dia saat dihubungi di Jakarta, Rabu (5/8/2015).

Menurut Gundy, penurunan ekspor dan impor menjadi penyebab utama pertumbuhan ekonomi tak sanggup mencapai lebih dari 5 persen. Pelemahan terjadi di impor barang modal.  

"Impor barang modal anjlok sekira 20 persen (yoy) di kuartal II 2015 karena pertumbuhan Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) alias investasi tetap sekira 4 persen atau meleset dari perkiraan sebelumnya 5,5 persen," papar dia.

Paling parah, katanya, impor bahan baku terkontraksi secara signifikan hingga 21 persen. Sementara pertumbuhan ekspor terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) masih positif meski sedikit melemah. "Impor bahan baku turun 21 persen di periode ini merupakan yang terburuk sejak 2009," ucap Gundy.

Dia memperkirakan, dengan kondisi tersebut, pertumbuhan ekonomi di akhir tahun ini hanya 4,9 persen. Ramalan tersebut sudah memperhitungkan percepatan belanja pemerintah.

"Pertumbuhan ekonomi setahun ini berpotensi lebih rendah jika tidak ada perbaikan dalam penyerapan anggaran ke depan," ucapnya.

Dihubungi terpisah, Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk Ryan Kiryanto memproyeksikan level pertumbuhan ekonomi yang sama. "Kami perkirakan ekonomi bertumbuh 4,7-4,8 persen di kuartal II," ujar dia.

Penopangnya, dijelaskan Ryan, berasal dari konsumsi rumah tangga 56 persen, investasi 30 persen, kontribusi belanja pemerintah sebesar 10 persen dan ekspor impor 4 persen. "Ada kenaikan konsumsi karena Idul Fitri, banyak orang mudik dan berbelanja," tukas dia. (Fik/Nrm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini