Sukses

Stok Melimpah, Harga Minyak di AS Terjatuh

Harga minyak mentah AS untuk pengiriman September ditutup turun 56 sen ke level US$ 45,15 per barel.

Liputan6.com, New York - Harga minyak di Amerika Serikat (AS) jatuh ke level terendah dalam lima bulan terakhir pada perdagangan Rabu (Kamis pagi waktu Jakarta). Penurunan harga minyak tersebut terjadi karena masih tingginya stok bensin di perode musim panas ini. Padahal seharusnya jika musim panas terjadi, stok bensin mengalami penurunan karena permintaan yang besar.

Mengutip CNBC, Kamis (6/8/2015), harga minyak mentah AS untuk pengiriman September ditutup turun 56 sen ke level US$ 45,15 per barel. Harga tersebut merupakan harga terendah terhitung sejak 19 Maret 2015.

Departemen Energi Amerika Serikat mengungkapkan bahwa stok minyak mentah di negara tersebut telah menurun pada pekan kemarin. Sementara untuk persediaan minyak olahan atau bensin justru mengalami kenaikan.

Persediaan minyak mentah turun 4,4 juta barel pada pekan lalu. Jauh di atas estimasi para analis yang memperkirakan bahwa persediaan minyak mentah akan turun 1,5 juta barel.

Departemen Energi AS juga mengeluarkan data bahwa penyulingan minyak di negara tersebut melaju ke level tertinggi dalam sepekan terakhir. Tingkat utilisasi untuk penguling berada di level 96,1 persen, tertinggi sejak Agustus 2005.

Analis Minyak dari BNP Paribas, Harry Tchilinguirian menjelaskan, harga minyak telah mendapat tekanan yang cukup banyak pada kuartal terakhir. Kelebihan pasokan, melambatnya permintaan dari China dan prospek banjirnya stok minyak mentah karena ada kesepakatan nuklir Iran kembali mendorong harga minyak turun hingga 21 persen.

"Banyak tekanan. Selain itu, jumlah pasokan minyak di AS yang diharapkan mengalami penurunan ternyata tidak terbukti. Hal tersebut membuat pelaku pasar tidak nyaman dalam bertransaksi," jelasnya.

Selain itu, Harry melanjutkan, nilai tukar dolar AS juga terus-menerus menguat dalam tiga bulan terakhir menyusul semakin tingginya sinyal kenaikan suku bunga Bank Sentral AS. Dolar AS yang terlalu tinggi membuat pelaku pasar tidak nyaman dalam bertransaksi.

Namun, dalam beberapa periode ke depan kemungkinan besar harga minyak akan kembali menguat. Analis Commerzbank, Eugen Weinberg menjelaskan bahwa harga sudah tertekan cukup lama.

Harga minyak telah mendapat sentimen negatif dalam beberapa pekan terakhir. Aksi jual para pelaku pasar terjadi terus-menerus. "Bukan tidak mungkin ketika harga oversold maka akan rebound," jelasnya.(Gdn/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.