Sukses

Jelang Rilis Data Ekonomi AS, Bursa Saham Asia Lesu

Bank sentral Amerika Serikat akan segera menaikkan suku bunga menjadi fokus pelaku pasar menjelang akhir pekan.

Liputan6.com, Tokyo - Bursa saham Asia melemah menjelang akhir pekan ini didorong bursa saham Amerika Serikat (AS) tergelincir. Hal itu ditambah penurunan aset negara berkembang dipicu prospek kenaikan suku bunga AS/The Federal Reserve.

Indeks saham MSCI Asia Pacific melemah 0,5 persen pada pukul 09.58 waktu Tokyo. Indeks saham Australia tergelincir 1,8 persen, dan menuju penurunan tajam dalam dua bulan ini. Saham ANZ melemah 6,8 persen menjadi A$ 30,35 telah mendorong indeks saham Australia melemah. Penurunan saham ANZ itu terbesar dalam lima tahun, dan terjadi setelah mengumumkan penjualan saham.

Bursa saham Asia melemah dalam tiga pekan ini sebelum rilis laporan payrolls atau pembayaran gaji di Amerika Serikat pada Jumat pekan ini. Rilis data ekonomi AS tersebut akan menjadi sinyal dan bukti kalau ekonomi AS cukup kuat. Hal itu akan menjadi pertimbangan The Federal Reserve/bank sentral AS untuk menaikkan suku bunga.

"Ada nada hati-hati di bursa saham menjelang rilis data non-farm payrolls nanti malam. Dengan pelaku pasar fokus terhadap laporan data kuat mempengaruhi saham dan emas. Mata uang dolar Amerika Serikat dan obligasi pemerintah akan cenderung menguat," ujar Matthew Sherwood, Kepala Riset Perpetual Ltd seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat (7/8/2015).

Indeks saham Jepang Topix tergelincir 0,5 persen. Diikuti indeks saham Korea Selatan Kospi melemah 0,4 persen. Di pasar komoditas, harga minyak mentah naik dari level terendah dalam 4,5 bulan ini. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) naik 0,2 persen menjadi US$ 44,76 per barel setelah menyentuh US$ 44,20 pada Kamis pekan ini, terendah sejak 20 Maret.

Sementara itu, indeks MSCI Emerging Markets melemah 0,8 persen ke level terendah dalam dua tahun setelah alat ukur di Malaysia, Polandia, Rusia dan Taiwan turun lebih dari 1 persen.

"Kenaikan suku bunga di AS akan membuat arus modal ke pasar negara berkembang tetap di bawah tekanan," ujar Maarten-Jan Bakkum, Analis Senior NN Investment Partners. (Ahm/Gdn)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini