Sukses

Makin Sejahtera, Rakyat RI Malah Malas Nabung

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendorong peningkatan budaya menabung terutama di kalangan pelajar.

Liputan6.com, Bandung - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendorong peningkatan budaya menabung terutama di kalangan pelajar. Kegiatan budaya menabung ini diharapkan juga dapat membantu pemerintah untuk membiayai infrastruktur.

Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK, Kusumaningtuti S. Soetiono mengatakan ada kecenderungan sifat konsumtif masyarakat meningkat tetapi tidak diikuti kegiatan menabung. Hal itu tercermin dari marginal propensity to save (MPS) menurun selama tiga tahun terakhir dari 2011-2015.

"Sampai pada saat sekitar akhir 2014 semakin meningkatnya daya konsumsi tetapi pola menabung masyarakat juga menurun," kata Kusumaningtuti, saat acara Focus Group Discussion Peran OJK di Industri Jasa Keuangan Mendukung Perekonomian Nasional, di Bandung, Sabtu (8/8/2015).

Berdasarkan data IMF menunjukkan, produk domestik bruto (PDB) per kapita Indonesia meningkat dari periode 2000 hingga 2014 menunjukkan tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia meningkat. Akan tetapi, kondisi tabungan nasional atau Gross National Saving (GNP) per Gross Domestic Product/Produk Domestik Bruto cenderung menurun.

Bahkan kondisi tabungan nasional Indonesia di bawah China dan Korea pada awal 2015. China mencatatkan GNP 48,87 persen per GDP, dan Korea Selatan 35,11 per GDP. Namun, kondisi tabungan nasional Indonesia masih di atas Malaysia. Tingkat kondisi tabungan nasional Malaysia sekitar 29,83 persen per GDP.

"Posisi di awal 2015, GNP hanya 30 persen di bawah China dan Korea Selatan. Referensi nyata kondisi tabungan nasional kita menurun dan statis," kata Kusumaningtuti.

Padahal dana tabungan dapat digunakan untuk membantu pemerintah membiayai pembangunan infrastruktur. Selama ini pembangunan infrastruktur dibiayai dari pinjaman luar negeri dan dalam negeri. "Dengan dana tabungan ini dapat mengurangi pembiayaan dari luar negeri," ujar dia.

Dengan melihat kondisi itu, OJK pun mulai lagi mendorong budaya menabung. Langkah ini juga dinilai cocok untuk meningkatkan pemahaman soal sektor keuangan. Kusumaningtuti menuturkan, untuk meningkatkan budaya menabung tersebut dengan sediakan skim-skim tabungan mudah diakses dengan persyaratan sederhana.

Luncurkan Simpanan Pelajar

Salah satu langkah dilakukan OJK dengan meluncurkan Simpanan Pelajar (Simpel). Kusumaningtuti menuturkan, target sasaran usia untuk menabung ini bagi pelajar usia 7 tahun hingga 18 tahun. OJK menyasar kalangan pelajar ini mengingat jumlahnya cukup besar.

Berikut lima alasan mengapa Anda perlu menabung mulai hari ini?

Berdasarkan data Kementerian Pendidikan jumlah pelajar itu mencapai 38 juta, sedangkan di madrasah mencapai 11 juta. Untuk menyasar program Simpel itu, OJK akan bekerja sama dengan perbankan yang akan menyasar sekolah-sekolah. Program ini diharapkan mulai diterapkan oleh bank pada September.

"Program menabung ini seperti alami 10-20 tahun lalu rutin menabung. Setiap minggu nabung," kata dia.

Ia mengatakan, program Simpel ini memiliki sejumlah hal yang ditawarkan. Pertama, setoran awal hanya Rp 1.000. Kedua, tidak ada biaya administrasi. Ketiga, status dorman atau tak aktif menabung diperpanjang. Keempat, bisa dilayani ATM, internet dan sms banking.

"Kemudahan tidak ada batas frekuensi penarikan tetapi maksimal Rp 500 ribu. Kalau syariah Rp 250 ribu per tarikan," ujar dia. (Ahm/Ndw)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • Otoritas Jasa Keuangan atau OJK adalah lembaga yang berfungsi untuk mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan di sektor keuangan.

    OJK

  • Menabung