Sukses

Reshuffle Jadi Peringatan untuk Menteri Lain

Kebijakan perombakan kabinet yang sudah dilakukan Jokowi hanya akan memicu pelemahan ekonomi Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Perombakan (reshuffle) kabinet yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan mengganti enam menteri Kabinet Kerja dinilai tidak akan berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia. Pengamat berpendapat, permasalahan utama ada pada para menteri teknis sehingga diperlukan segera pergantian kabinet jilid II sebelum akhir tahun ini.

Pengamat Ekonomi BUMN, Arif Puyono mengungkapkan, Presiden Jokowi harus melakukan reshuffle gelombang kedua yang menyasar menteri-menteri teknis, diantaranya Menteri Keuangan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Menteri BUMN, Menteri Perindustrian, Menteri Perhubungan.

"Presiden kurang cakap melakukan reshuffle karena hanya di tingkat Menteri Koordinator saja, sehingga dampaknya tidak akan besar ke ekonomi. Sebab masalah utamanya di menteri-menteri teknis, pasar kurang merespons kinerja mereka," tegas dia saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Kamis (13/8/2015).

Arif memperkirakan, kebijakan perombakan kabinet yang sudah dilakukan Jokowi hanya akan memicu pelemahan ekonomi Indonesia. Terbukti dengan realisasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tetap berada di zona merah meski diumumkan reshuffle dengan tujuan memperkuat kinerja Kabinet Kerja‎.

"Jadi reshuffle jilid II perlu segera dilakukan, tidak butuh waktu lama buat Menteri Koordinator menilai kinerja menteri di bawahnya. Kebijakan ini harus diambil supaya Indonesia bisa keluar seperti ancaman krisis Yunani," terang dia.

Dirinya berpendapat, sejak awal Jokowi sudah salah memasang tim ekonomi di Kabinet Kerja. Apalagi tambahnya, Presiden tersandera Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sehingga dibutuhkan keberanian untuk mengganti atau mencopot menteri berkinerja buruk.

"Pasar semakin tidak happy melihat kenyataan, ekspor semakin menurun, impor naik, harga daging sapi mahal, daya beli masyarakat turun, terjadi PHK besar-besaran. Di sini Jokowi jangan beretorika lagi dengan bilang ekonomi kita tumbuh ke-5 tertinggi di dunia, pasar makin curiga," jelas Arif.

Dia berharap, reshuffle enam menteri ini dapat menjadi shock therapy bagi menteri lain untuk segera memperbaiki kinerja. Jika tidak, maka ancamannya harus dengan cara dicopot jabatannya.

"Sebenarnya reshuffle setiap tahun tidak apa, supaya kinerja lebih bagus. Ini bisa menunjukkan bahwa jangan main-main, karena siapapun yang tidak perform, bakal diganti," tukas Arif.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.