Sukses

Menko Darmin: Peluang Pelemahan Rupiah Masih Terbuka

Pemerintah dan Bank Indonesia, serta beberapa pihak yang terkait harus meningkatkan intervensi nilai tukar rupiah.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah yang sudah menembus level 13.700 per dolar Amerika Serikat (AS) mencuri perhatian masyarakat. Tidak heran pelemahan rupiah saat menjadi yang pertama setelah krisis moneter pada 1998 lalu. 

Sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian yang baru, Darmin Nasution memperkirakan peluang pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih terbuka. Itu lebih karena pengaruh global yaitu rencana Bank Sentral AS (The Fed) untuk menaikkan bunga.

"Tekanan rupiah masalahnya apa yang berlangsung di AS, misalnya tidak sekali naik, dia akan beberapa kali, tekanannya juga muncul beberapa kali, 13.000 per Dolar AS, tidak berarti stop di 13.000 per dolar AS, ada fluktuasinya di dalam,‎" kata Darmin di Gedung MPR/DPR RI, Jakarta, Jumat (14/8/2015).

Menurutnya, pemerintah dan Bank Indonesia, serta beberapa pihak yang terkait harus meningkatkan intervensi mengingat pergerakan nilai tukar rupiah yang terlalu tinggi akan mempengaruhi iklim bisnis di Indonesia.

Saat ini, yang menjadi konsen kinerjanya di awal ialah meningkatkan investasi dari asing. Dengan tetap banyaknya dana ‎asing masuk ke Indonesia, Darmin yakin akan membantu pemerintah dalam menjaga kestabilan rupiah.

"‎Semua tergantung seberapa berhasil kita sekarang mengundang investasi masuk dalam dolar AS dan valuta asing, kalau ada capital inflow, tekanan rupiahnya lebih rendah," tegas dia.

Sebelumnya, Ketua Badan Anggaran DPR RI Achmadi Noor Supit mengungkapkan nilai tukar rupiah saat ini sudah diambang batas normal. Menurutnya, batas maksimal pelemahan rupiah untuk saat ini ada di angka 15.000 per dolar AS.

"Tahun depan kan coba mentargetkan rupiah di Rp 13.200 per dolar AS, tapi kalau jebol, sulit, makanya sekarang jangan sampai jebol di angka 15.000 per dolar AS., begitu jebol, lewat," tegas dia.

Politisi Partai Golkar ini mengungkapkan, sudah ada lima perusahaan yang menyatakan bakal gulung tikar akibat kondisi nilai tukar rupiah yang terus tertekan. Hal itu ditambah dengan kondisi ekonomi domestik yang belum stabil.

"Pengusaha sedang menghitung-hitung, saya bangkrutkan sekarang atau spekulasi siapa tahu ada harapan ke depan, sekarang makanya harus terus dibangun," papar dia.

Salah satu hal yang ia pesankan kepada pemerintah adalah percepatan realisasi anggaran kepada sektor sektor produktif. Selain itu, perbaikan struktur birokrasi di masingi masing kementerian juga harus lebih efektif‎ mengingat mereka juga yang menentukan cepat atau tidaknya anggaran itu digunakan. (Yas/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.