Sukses

Garuda Batalkan Pembelian Pesawat Justru Rugikan Negara

Langkah Garuda meminjam US$ 44,5 miliar dari China Aviation Bank untuk pembelian 30 unit pesawat dinilai bukan suatu hal yang salah.

Liputan6.com, Jakarta - Belum lama ini Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli mengeluarkan wacana soal pembatalan pembelian 30 unit pesawat Airbus A350 oleh Garuda Indonesia. Hal ini dilakukan untuk menghindari potensi kerugian negara akibat pembelian tersebut.

Namun Pengamat Penerbangan Alvin Lie berpendapat lain. Menurutnya justru dengan membatalkan pembelian ini akan merugikan negara dan Garuda Indonesia yang merupakan perusahaan berstatus Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

"Pertimbangan membatalkan apa?. Jangan hanya pernyataan ini kemudian dibatalkan. Ini malah merugikan negara, muka kita mau taruh dimana," ujarnya saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Sabtu (15/8/2015).

Alvin mengungkapkan, proses pembelian pesawat oleh sebuah maskapai komersil bukan disiapkan dalam waktu yang singkat. Garuda juga diyakini telah memiliki perhitungan yang matang terkait hal ini.

"Sebab Garuda membeli pesawat itu sudah dengan pertimbangan matang sudah masuk dalam strategi pemasaran mereka. Dan begitu ada komitmen juga sudah membayar DP (uang muka)," katanya.

Sementara itu, mengenai langkah Garuda melakukan pinjaman sebesar US$ 44,5 miliar dari China Aviation Bank untuk pembelian 30 unit pesawat ini pun dinilai bukan suatu hal yang salah. Seluruh maskapai di dunia juga melakukan hal yang sama untuk pengadaan pesawatnya.

"Kalau masalah utang, maskapai mana di dunia yang membeli pesawat tanpa utang. Kan alternatifnya beli atau sewa. Bisa juga beli dijual lagi kemudian baru disewa lagi, itu praktek umum dalam penerbangan. Dan meski BUMN tapi kan sudah Tbk jadi menggunakan dana masyarakat," lanjutnya.

Jika pembelian ini dibatalkan, lanjut Alvin, maka kerugian terbesar justru akan ditanggung Garuda sebagai perusahaan komersial. Garuda dianggap tidak memiliki komitmen dalam bisnis penerbangan sehingga bisa saja tidak lagi mendapatkan kepercayaan dari dunia penerbangan internasional.

"Nama Garuda akan rusak, kredibilitasnya jadi rendah. Itu kan bukan keputusan suka-suka tapi melalui proses panjang dengan pertimbangan pasar, efisiensi, kondisi armada dan sebagainya," tandas dia. (Dny/Nrm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini