Sukses

Neraca Perdagangan Juli Diprediksi Surplus

Surplus neraca perdagangan Indonesia diramalkan sebesar US$ 500 juta di Juli 2015.

Liputan6.com, Jakarta - Neraca perdagangan Indonesia pada Juli 2015 diprediksi akan mencatat surplus lebih tinggi dibandingkan realisasi bulan sebelumnya. ‎Penyumbang surplus pada bulan ketujuh ini dikontribusi penurunan ekspor lebih rendah dari susutnya kinerja impor.

Ekonom CIMB Niaga, Wisnu Wardana meramalkan angka surplus neraca perdagangan Indonesia sebesar US$ 500 juta di Juli 2015. Sementara catatan neraca perdagangan bulan Juni lalu senilai US$ 477 juta.

"Kinerja ekspor dan impor di Juli ini secara year on year diperkirakan menurun masing-masing 4,4 persen dan 7,7 persen. Sehingga neraca perdagangan Juli surplus US$ 0,5 miliar atau US$ 500 juta," ucap dia di Jakarta, Selasa (18/8/2015).

‎Dihubungi terpisah, Ekonom dari Universitas Indonesia (UI) Lana Soelistianingsih memprediksi neraca perdagangan Juli ini masih surplus karena penurunan impor lebih besar dari kinerja ekspor akibat pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

"Impor turun karena kurs rupiah melemah, ditambah pelaku usaha mengurangi produksi akibat penguatan dolar AS dan turunnya permintaan setelah usai lebaran. Bahan baku yang diimpor turun‎," ujarnya.

Sementara kinerja ekspor, lanjut Lana, belum bisa membaik meski kurs rupiah melemah. Sebab, dia bilang, lesunya ekspor terjadi pada barang komoditas akibat kejatuhan harga jual terutama Crude Palm Oil (CPO) dan batu bara.

"Ekspor turun karena harga CPO dan batubara rendah sebagai efek turunnya harga minyak mentah. Porsi ‎ekspor non migas kita 50 persennya komoditas dan harganya lagi anjlok. Ekspor manufakturnya harus mpor bahan baku yang akhirnya mahal juga," jelas dia.

‎Senada, Direktur Eksekutif INDEF, Enny Sri Hartati mengatakan, lemahnya kinerja impor juga didorong karena daya beli masyarakat merosot. "Juli ini diprediksi masih surplus, tapi surplusnya bukan karena peningkatan ekspor tapi penurunan impor. Sebab daya beli masih rendah dan berdampak ke impor," tandasnya. (Fik/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini