Sukses

Harga Minyak Bakal Terjun Bebas ke US$ 10 per Barel

Harga minyak jenis West Texas Intermediate jatuh ke posisi terendah enam tahun di kisaran US$ 41,35 per barel.

Liputan6.com, New York - Harga minyak jenis West Texas Intermediate sempat menyentuh level US$ 41,35 per barel pada perdagangan Jumat (14/8/2015). Harga tersebut merupakan level terendah dalam enam tahun terakhir. Pada pekan ini, harga tersebut terus mengalami penurunan.

Tercatat, pada Rabu (19/8/2015),harga minyak mentah patokan di AS tersebut kembali turun menjadi US$ 40,80 per barel. Level tersebut merupakan penutupan terendah di New York Mercantile Exchange sejak Maret 2009.

Sedangkan harga minyak jenis Brent yang merupakan patokan harga untuk perdagangan global, juga turun US$ 1,65 atau 3,4 persen ke level US$ 47,16 per barel. Harga tersebut merupakan harga terendah sejak 13 Januari lalu.

Menurut beberapa analis, penurunan harga minyak akan terus berlangsung dan bukan tidak mungkin akan menyentuh level terendah sepanjang masa atau sejak kontrak West Texas Intermediate diperdagangkan.

Mengutip Bloomberg, Kamis (20/8/2015), Citigroup Inc memperkirakan harga minyak berpotensi untuk terus jatuh lebih dalam dari posisi saat ini. "Sebenarnya permintaan ada karena memasuki musim panas," jelas Seth Kleinman, head of energy strategy pada Citigroup Inc di London.

Permintaan minyak biasanya naik di musim panas dikarenakan aktivitas mengemudi pada liburan musim panas di AS, sehingga meningkatkan pembelian bensin dan tingginya penggunaan AC di negara-negara Timur Tengah.

Namun kenaikan permintaan tersebut tidak sebanding dengan jumlah pasokan. Negara-negara anggota OPEC terus memompa minyaknya hingga hampir mendekati rekor produksi. Hal tersebut dilakukan untuk mempertahankan pangsa pasar mereka. Anggota OPEC memang sedang menghadapi persaingan dengan produsen minyak Amerika Serikat (AS) yang juga sedang dalam tahap puncak produksi. 

Jika dibandingkan, produksi minyak dari produsen AS kalah bersaing baik dalam hal harga dan kuantitas produksi. Pasar minyak masih jelas kelebihan pasokan. Akan ada lebih banyak lagi pasokan sampai penyuling masuk ke dalam fase perawatan," sambung Kleinman.

Harga minyak mentah telah tenggelam pada tahun ini, meskipun permintaan bensin di AS meningkat, dikarenakan rangsangan dari pertumbuhan ekonomi dan harga lebih murah. 

Jumlah bensin yang masuk ke pasar AS naik ke level tertinggi dalam delapan tahun, hingga sekitar 9,7 juta barel per hari pada bulan lalu, menurut data dari U.S. Department of Energy.

Minyak mentah berpotensi jatuh ke level US $10 per barel dikarenakan OPEC terlibat perang harga dengan produsen saingan. "Hal itu akan menguji siapa yang akan mengurangi produksi lebih dulu," kata Gary Shilling, Presiden A. Gary Shilling Co, dalam sebuah wawancara di Bloomberg.

"OPEC pada dasarnya mengatakan tidak akan memotong produksi, kita akan melihat siapa yang bisa bertahan lebih lama dengan harga yang lebih rendah," kata Shilling. 

"Harga minyak kini membidik level US$ 10 per barel sampai US$ 20 per barel." pungkasnya. (Ilh/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini