Sukses

Dibayangi Sentimen Negatif Eksternal, Rupiah Makin Tertekan

Vietnam melemahkan mata uang Dong ditambah dolar AS makin menguat menekan nilai tukar rupiah.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) makin tertekan pada Kamis sore ini. Hal itu lantaran dolar AS makin menguat seiring belum ada kepastian bank sentral AS kapan menaikkan suku bunga.

Berdasarkan data Bloomberg, Kamis (20/8/2015), nilai tukar rupiah tembus 13.917 per dolar AS waktu Singapura. Sepanjang hari ini nilai tukar rupiah bergerak di kisaran 13.816-13.926 per dolar AS. Rupiah ditutup di level 13.885 per dolar AS.

Analis pasar uang PT Bank Saudara Tbk, Rully Nova menuturkan nilai tukar rupiah tembus 13.900 per dolar AS mengkhawatirkan. Rupiah sudah mengalami depresiasi sekitar 10,68 persen dari awal tahun di kisaran 12.545 per dolar AS menjadi 13.885 per dolar AS pada Kamis 20 Agustus 2015. Rupiah melemah dipicu terutama dari faktor eksternal. Dolar AS cenderung menguat terhadap sejumlah mata uang seiring belum ada kepastian kenaikan suku bunga AS.

Rully mengatakan, bila Bank Indonesia (BI) intervensi agar rupiah tidak melemah tajam, di sisi lain bank sentral AS berupaya agar dolar AS tidak terlalu menguat. Hal itu lantaran penguatan dolar AS dapat mempengaruhi kinerja perusahaan AS.

"Dari rilis notulen pertemuan bank sentral AS menunjukkan kalau The Federal Reserves belum yakin untuk menaikkan suku bunga sehingga kembali menimbulkan ketidakpastian," ujar Rully saat dihubungi Liputan6.com.

Ia menambahkan, sentimen negatif lainnya datang dari Vietnam. Negara tersebut mengikut langkah China yang melemahkan mata uangnya. "Vietnam melemahkan mata uang Dong menambah tekanan terhadap rupiah," kata Rully.

Selain itu, faktor internal lainnya dipicu dari persepsi pelaku pasar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Rully mengatakan, ada data-data ekonomi yang belum meyakinkan pelaku pasar meski Indonesia mencatatkan surplus neraca perdagangan US$ 1,3 miliar pada Juli 2015.

"Neraca perdagangan memang surplus, tetapi neraca modal defisit. Investor juga sudah keluar dari pasar modal," tutur Rully.

Rully menilai pelaku pasar ragu apakah pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat meningkat di kuartal III 2015. Pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 4,67 persen pada kuartal II 2015. Rully memprediksi, nilai tukar rupiah masih bergerak di kisaran 13.850-13.880 per dolar AS pada perdagangan Jumat 21 Agustus 2015.

"Bank Indonesia sepertinya masih melakukan intervensi sehingga rupiah di kisaran 13.850-13.880 per dolar AS. Memang ada kemungkinan rupiah dapat tembus 14.000 karena sentimen eksternal kurang bagus," tutur Rully. (Ahm/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini