Sukses

Kekhawatiran Ekonomi China Bikin Bursa Saham Asia Tertekan

Devaluasi Yuan masih menjadi kekhawatiran pelaku pasar pada pekan ini.

Liputan6.com, Tokyo - Bursa saham Asia dan harga minyak kompak melemah di awal pekan ini seiring bursa saham Amerika Serikat terpuruk pada akhir pekan lalu. Hal itu dipicu dari kekhawatiran terhadap ekonomi China terus melambat sehingga membuat pelaku pasar global juga bingung.

Indeks saham MSCI Asia Pacific di luar Jepang susut 0,8 persen. Indeks saham Jepang Nikkei melemah 1,8 persen, indeks saham Jepang Topix tergelincir 2,5 persen diikuti indeks saham Korea Selatan Kospi melemah 0,5 persen di awal perdagangan saham. Indeks saham Australia susut 1,8 persen, dan ini menuju level terendah sejak Februari 2014.

Sementara itu, mata uang Yen cenderung menguat dan terjadi aksi beli untuk obligasi pemerintah. Sentimen China setelah melemahkan mata uangnya atau devaluasi Yuan telah mempengaruhi pasar keuangan global. Devaluasi Yuan itu menimbulkan kekhawatiran terhadap ekonomi China. Sentimen tersebut masih berlanjut hingga pekan ini.

Pada akhir pekan lalu, bursa saham AS mengalami penurunan tertajam dalam satu hari seiring indeks saham Dow Jones melemah lebih dari 10 persen.

"China mendevaluasi Yuan seiring ekonominya melambat. Pasar saham pun harus menghadapi prospek Yuan melemah sehingga memperkuat dampak negatif dari ekonomi China lesu," ujar Eiji Kinouchi, Analis Daiwa Securities seperti dikutip dari laman Reuters, Senin (24/8/2015).

Fokus pelaku pasar pun masih melihat pergerakan bursa saham dan ekonomi China. Pekan lalu, indeks saham Shanghai anjlok 11 persen. Penurunan indeks saham itu setelah rilis data aktivitas manufaktur China menyusut. Data itu juga menekan pasar saham global.

Di pasar uang, dolar juga cenderung melemah terhadap mata uang utama yaitu Euro dan Yen. Hal itu mengingat kekhawatiran pertumbuhan ekonomi global dapat mengikis kepercayaan bank sentral Amerika Serikat untuk menaikkan suku bunga pada September.

Dolar AS turun 0,2 persen menjadi 121,66 Yen. Euro stabil di kisaran US$ 1,1379. Sementara itu, harga minyak mentah turun 1 persen menjadi US$ 40,06 per barel setelah diperdagangkan di bawha US$ 40 per barel semalam untuk pertama kalinya sejak krisis keuangan 2009 sebagai tanda kelebihan pasokan minyak di Amerika Serikat. (Ahm/Igw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini