Sukses

Jurus Pemerintah dan BI Selamatkan Ekonomi RI

Menkeu Bambang Brodjonegoro menuturkan pihaknya mencoba memperbaiki konsumsi rumah tangga dengan subsidi bunga KUR.

Liputan6.com, Jakarta - Situasi dan kondisi perekonomian Indonesia semakin memburuk. Faktanya, terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok dan nilai tukar rupiah jatuh ke level terburuk terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Menteri Keuangan (Menkeu), Bambang Brodjonegoro mengungkapkan pemerintah dan Bank Indonesia (BI) siap melakukan pembelian kembali (buyback) Surat Berharga Negara (SBN). Pemerintah sebelumnya menyiapkan anggaran Rp 3 triliun untuk buyback SBN.

"Kalau keadaan lebih memburuk, kita punya bond stabilization framework. Artinya melibatkan dana pensiun, dana menganggur di berbagai institusi untuk ikut menyelamatkan SBN. Karena pelemahan rupiah, ikut menarik SBN ke atas," jelas dia di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (25/8/2015).

Pemerintah dan BI, kata Bambang, berusaha memperkuat cadangan devisa (cadev) yang saat ini berada pada posisi US$ 107 miliar. Kementerian Keuangan dan BI, sambungnya selalu menjalin kerjasama dengan OJK serta LPS.

"Presiden menginstruksikan percepatan anggaran dikaitkan dengan kepastian hukum. Yakni memisahkan pidana korupsi dan kebijakan, jadi mana yang pidana dan mana yang administrasi. Jika kesalahannya administrasi, maka tidak dipidanakan melainkan sanksinya hukuman administrasi," tegas Bambang.

Di samping itu, dia menyebut, pemerintah telah menganggarkan subsidi bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) senilai Rp 900 miliar dari target penyaluran KUR Rp 30 triliun. Pemerintah menetapkan bunga KUR turun dari 22 persen menjadi 12 persen.

"Jadi kita coba lakukan perbaikan konsumsi rumah tangga dengan subsidi bunga KUR, selain menerapkan pajak simpel bagi usaha mikro, kecil dan menengah (UKM) hanya 1 persen dari total penjualan atau omzet di bawah Rp 4,8 miliar setahun," tutur dia.

Lanjutnya, kondisi perbankan saat ini dengan era 1997-1998 saat badai krisis keuangan melanda jauh berbeda. Likuiditas bank kini sangat berlebih, Dana Pihak Ketiga (DPK) naik tajam. Sementara loan to deposit ratio (LDR) 95 persen atau lebih tinggi dari sebelumnya 92-93 persen di periode pengetatan likuiditas. "Pertumbuhan kredit usaha mikro masih 18-19 persen," ujar Bambang. 

Seperti diketahui, pasar modal dan keuangan Indonesia alami guncangan di awal pekan. Hal itu seiring sentimen negatif dari China mendevaluasi atau melemahkan mata uang Yuan. Langkah China tersebut menambah kekhawatiran terhadap ekonomi China melambat. Ditambah memicu spekulasi kalau bank sentral Amerika Serikat (AS) akan menunda kenaikan suku bunga pada September 2015.

Nilai tukar rupiah pun akhirnya menembus level 14.000 per dolar AS. IHSG anjlok 3,97 persen ke level 4.163,73 pada perdagangan saham Senin 24 Agustus 2015. (Fik/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.