Sukses

BlackMonday Bisa Tekan Perusahaan Rintisan

Pasar saham mulai masuk tren menurun diperkirakan dapat mempengaruhi perusahaan startup.

Liputan6.com, New York - Kekhawatiran ekonomi melambat di China menyebabkan pasar saham global tenggelam pada perdagangan Senin 24 Agustus 2015. Penurunan itu pun berdampak terhadap industri teknologi sehingga mendorong saham seperti Facebook, Apple, Google dan Facebook serta Microsoft turun tajam.

Namun, sejumlah analis menilai koreksi yang terjadi saat ini masih cukup kecil. Kenyataannya, kondisi pasar saham saat ini baru masuk tren penurunan. Ini dapat menjadi kabar buruk bagi unicorn" atau perusahaan yang baru dirintis dengan valuasi sekitar US$ 1 miliar. Mengingat perusahaan tersebut berjuang untuk menemukan jalan mencatatkan keuntungan. Demikian mengutip dari laman www.wired.com, Selasa (25/8/2015).

Untuk sekarang, salah satu investor Bill Gurley memprediksi kalau akan ada segera perusahaan "unicorn" yang bakal menghilang. Hal itu seiring valuasi melonjak karena "tidak ada ketakutan" di Sillicon Valley. Pada pekan lalu, saham-saham teknologi pun terus tertekan.

Gurley pun menyampaikan dalam twitternya soal saham teknologi pada 21 Agustus 2015:

@bgurley menuliskan saham teknologi telah tertekan dalam enam pekan ini. Sejumlah saham telah turun 25 persen hingga 50 persen dari level tertingginya. Pada 21 Agustus tekanannya cukup berat.

Saham teknologi China pun tertekan. Saham Baidu, Alibaba, dan Tencent turun rata-rata 34 persen dari level tertingginya. Ada pun level terendah valuasi saham teknologi tersebut segera tertekan. Hal tersebut juga berdampak terhadap valuasi dan likuiditas.

Gurley menambahkan, bila itu terjadi maka mendekati siklus pertumbuhan nilai dibandingkan keuntungan. Ini bisa merupakan titik perubahan. Investor juga kembali fokus terhadap model bisnis dan keuntungan. Jadi CEO perusahaan Unicorn mana yang akan berubah? Siapa yang akan menyesuaikan dengan cepat.

Bagi Gurley, dan lainnya yang memprediksi kalau Sillicon Valley diibaratkan madu dan susu dapat segera berakhir pertumbuhan yang cepat. Hal ini dapat membuat ketidakstabilan bagi investor, terutama volatilitas pasar saham.

Volatilitas ini menjadi salah satu alasan kalau penawaran saham perdana perusahaan teknologi melemah di Amerika Serikat pada tahun ini. Sedangkan bagi perusahaan swasta telah berdiri lebih lama maka lebih mudah untuk meningkatkan modal di pasar modal.

Dengan penurunan saham terbaru ini memang juga menyulitkan perusahaan untuk mengabaikannya. Akan tetapi, hal itu dapat memaksa mereka untuk mulai meminta lebih dari perusahaan start up.

Tentu saja investor diharapkan tidak panik. Bahkan sebagian besar analis mengharapkan investor dapat bersikap bijaksana dengan memanfaatkan koreksi yang ada, dan ini baik untuk jangka panjang.

"Pasar saham memang telah meningkat signifikan dalam lima tahun terakhir, koreksi tajam terjadi tidak terlalu mengejutkan. Ini bahkan bisa dibilang terapi seiring pasar saham sudah sedikit bubble," ujar Mark Zandi, Ekonom Moody's.

Indeks saham Dow Jones bahkan mengalami perdagangan intraday dramatis pernah ada. Indeks saham Dow Jones merosot lebih dari 1.000 poin di awal perdagangan. Akhirnya, indeks Dow Jones ditutup melemah 588,4 poin (3,57 persen) ke level 15.871,35. Indeks saham S&P 500 koreksi 77,68 poin (3,94 persen) ke level 1.893,21 sehingga mendorong indeks saham itu ke tren penurunan. Indeks saham Nasdaq melemah 179,79 poin (3,82 persen) ke level 4.526,25 pada Senin 24 Agustus 2015. (Ahm/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini