Sukses

Tantangan Produsen Semen Saat Ekonomi Lesu

Realisasi proyek infrastruktur pemerintah jadi penopang produsen semen di tengah ekonomi lesu.

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah tekanan harus dihadapi produsen semen sepanjang 2015. Pertumbuhan ekonomi Indonesia dan properti melambat ditambah proyek infrastruktur pemerintah belum berjalan maksimal menekan produsen semen pada 2015.

Konsumsi semen menjadi salah satu indikator untuk mengukur laju pembangunan di negara berkembang dan pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan data konsumsi semen memiliki korelasi positif dengan pertumbuhan ekonomi. Pada semester I 2015, pertumbuhan ekonomi hanya 4,7 persen.

Hal itu memberikan spekulasi harapan buruk terhadap konsumsi semen. Apa lagi sektor properti melambat juga mempengaruhi penjualan semen untuk pembangunan perumahan.

"Pasar properti tumbuh lebih lambat pada 2015 dengan tahun-tahun sebelumnya. Dengan latar belakang makro maka menjadi hambatan untuk konsumsi semen," tulis riset PT KDB Daewoo Securities Indonesia, yang dikutip Rabu (26/8/2015).

Riset itu juga menyampaikan pandangan konservatif terhadap perkembangan proyek infrastruktur pemerintah. Realisasi belanja anggaran pemerintah masih minim membuat target belanja infrastruktur sulit tercapai. Meski demikian proyek infrastruktur hanya dapat membantu pertumbuhan konsumsi semen di tahun mendatang.

Hal senada juga disebutkan dalam riset PT Henan Putihrai. Permintaan semen diperkirakan hanya tumbuh di bawah 10 persen pada 2015 dari 59,9 juta ton pada 2014. Berdasarkan data Asosiasi Semen Indonesia (ASI), penjualan semen periode Januari-Juli 2015 tercatat sebanyak 31,34 juta ton. Volume penjualan ini turun ketimbang periode sama tahun lalu sekitar 32,69 juta ton.

Tak hanya itu, produsen semen dalam negeri kini juga mendapatkan persaingan ketat. Mengingat ada sejumlah produsen semen baru yang masuk ke Indonesia. Diperkirakan ada sekitar 10 pemain baru yang akan masuk. Pemain baru itu antara lain Siam Cement, Semen Merah Putih, Anhui Conch Cement, dan lainnya.

Dengan melihat kondisi itu PT KDB Daewoo Securities Indonesia memberikan rekomendasi underweight. Hal itu dilatar belakangi dari ekonomi Indonesia dan pasar properti melambat telah menekan konsumen semen. Harga minyak dan nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat juga telah menambah tekanan lebih tinggi. Melihat data kurs tengah BI, depresiasi rupiah sebesar 12,77 persen menjadi 14.067 pada 25 Agustus 2015.

Ketika, persaingan juga semakin meningkat karena banyak pendatang baru. Namun produsen semen akan mendapatkan sentimen positif dari kelonggaran uang muka atau loan to value dan program sejuta rumah yang diharapkan dapat meningkatkan konsumsi semen.

Produsen semen juga mendapatkan tekanan ketika pemerintah campur tangan untuk menurunkan harga jual semen terutama PT Semen Indonesia Tbk. Pasar pun merespons negatif intervensi pemerintah itu.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Proyek Infrastruktur Pemerintah Bakal Angkat Semen Indonesia

Proyek Infrastruktur Pemerintah Bakal Angkat Semen Indonesia

Kondisi makro ekonomi melambat ditambah pertumbuhan properti lesu juga berdampak terhadap kinerja PT Semen Indonesia Tbk (SMGR).

Volume penjualan perseroan diperkirakan turun 3 persen menjadi sekitar 12,34 juta ton hingga Juni 2015. Penjualan semen turun itu dipicu dari pelemahan penyerapan akibat proyek-proyek belum berjalan.

PT Semen Indonesia Tbk membukukan pendapatan turun 1,9 persen menjadi Rp 12,64 triliun sepanjang semester I 2015 dari periode sama tahun lalu sekitar Rp 12,88 triliun. Laba bersih turun 20,64 persen menjadi Rp 2,18 triliun.

Analis PT Investa Saran Mandiri, Hans Kwee mengatakan pembangunan properti lesu ditambah proyek infrastruktur pemerintah tidak berjalan cepat menekan penjualan semen.

"Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat juga membuat COGS cenderung naik. Harga gas dalam negeri tidak turun tetapi kurs melemah jadi naik biayanya. Harga jual semen di pasar turun," kata Hans.

Sementara itu, Analis PT MNC Securities, Sharlita Malik mengatakan, proyek infrastruktur berjalan lambat membuat pertumbuhan PT Semen Indonesia Tbk tidak maksimal. Akan tetapi, perseroan mendapatkan keuntungan dari penjualan ekspornya. "Penjualan ekspor PT Semen Indonesia Tbk cukup signifikan hingga Juni," ujar Sharlita.

Hans menambahkan, permintaan semen ada kemungkinan meningkat. Hal itu dapat terjadi bila pemerintah cepat merealisasikan belanja infrastrukturnya. Ini dapat berdampak positif untuk produsen semen termasuk PT Semen Indonesia Tbk.

Pengamat pasar modal Ellen May mengatakan bila proyek infrastruktur pemerintah digenjot tahun depat maka PT Semen Indonesia Tbk mendapatkan dampak positifnya.

Kebutuhan semen untuk infrastruktur akan meningkat, apa lagi perusahaan BUMN akan mendapatkan porsi terlebih dahulu. "PT Semen Indonesia Tbk pasti akan diutamakan untuk permintaan karena perusahaan BUMN," kata Ellen.

Akan tetapi melihat perlambatan ekonomi yang terjadi, Hans memperkirakan kinerja keuangan PT Semen Indonesia Tbk masih tertekan.

"Karena ada kenaikan indikasi biaya maka kemungkinan laba turun 20 persen dan pendapatan sekitar 5 persen pada 2015," kata Hans.

Rekomendasi Saham

Hans merekomendasikan akumulasi beli saham PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dengan target harga Rp 12.500 hingga akhir tahun 2015. Hans mengatakan, proyek infrastruktur pemerintah bila berjalan lancar maka memberikan efek positif untuk PT Semen Indonesia Tbk ke depan. Sharlita juga merekomendasikan beli untuk saham PT Semen Indonesia Tbk.

Pada penutupan perdagangan saham Selasa 25 Agustus 2015, harga saham PT Semen Indonesia Tbk di kisaran Rp 7.700 per saham.

Saham PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) anjlok 56 persen dari puncak tertinggi pada Januari 2015 di level 16.475 ke titik terendah tahun ini di level 7.200. (Ilh/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini