Sukses

Harga BBM Bikin Pemerintah Ada di Posisi Sulit

Saat harga minyak turun, pemerintah seharusnya bisa turunkan harga BBM.

Liputan6.com, Jakarta - Dengan kondisi harga minyak dunia yang terus mengalami penurunan hingga level US$ 40 barel, pemerintah seharusnya bisa menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Premium dan Solar.

Direktur Eksekutif Refomainer Institute Komaidi Notonegoro mengatakan, penurunan harga minyak dunia pengaruhnya lebih besar ketimbang pelemahan rupiah dalam pembentukan harga BBM, sehingga seharusnya harga BBM bisa turun meski tidak signifikan.

"Pengaruh masih besaran pelemahan harga minyak per satu dolarnya dibanding pelemahan rupiah per 100 rupiahnya," kata Komaidi seperti ditulis Jumat (28/8/2015)

Namun komaidi memperkirakan hal tersebut tidak dilakukan pemerintah. Pasalnya, pemerintah harus membayar kompensasi ke PT Pertamina (Persero) yang telah menomboki selisih harga BBM yang tidak disesuaikan, ketika harga minyak dunia mengalami kenaikan.

"Kemarin yang keputusan tidak diambil (menaikkan harga) menyebabkan kerugian Pertamina karena pelaksana terbesar adalah Pertamina sekitar Rp 12 triliun tentu itu harus dikompensasi dulu sehingga sampai dengan angka kompensasi terpenuhi," paparnya.

Menurut Komaidi, saat ini pemerintah dan Pertamina berada di posisi sulit, jika harga BBM diturunkan maka utang pemerintah ke Pertamina atas harga BBM yang tak dinaikkan tidak tercapai.

Sedangkan, Pertamina harus melaporkan kinerja keuangannya pada akhir tahun dan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) tidak mencantumkan subsidi untuk Premium.

"Paling tidak itu salah satu justifikasi kalau harga ICP (Indonesia Crude Price/harga minyak Indonesa) turun dolar AS menguat dan rupiah melemah jadi alasan pemerinah bertahan, karenakan 60 persen impor baik minyak mentah maupun produk," pungkasnya. (Pew/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.