Sukses

Harga Minyak Jatuh, Bagaimana Produksi Oli?

Kurs dolar Amerika Serikat (AS) cenderung menguat juga tidak berpengaruh ke produsen oli.

Liputan6.com, Jakarta - Manajemen PT Pertamina Lubricant menyatakan penurunan harga minyak dunia tidak mempengaruhi biaya produksi oli.

President Director PT Pertamina Lubricants, Gigih W.H. Irianto mengatakan harga bahan baku oli (base oil) mengikuti harga minyak dunia, namun pergerakannya berbeda dua bulan.

"Memang begini kami tahu base oil hydro carbon, dia kelakuannya mengikuti kelakuan crude oil, crude terdepresiasi 50 persen dia juga, meski tidak sama ada jeda dua bulan begitu nyungsep dia baru dua bulan," kata Gigih, di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Jumat (28/8/2015).

Gigih mengungkapkan, base oil mengalami penurunan harga, mengikuti harga minyak dunia. Akan tetapi kurs dolar Amerika Serikat (AS) meningkat, sehingga tak berpengaruh pada produsen oli.

"Base oil turun, yang paling mahal yang paling kental. Khusus di Indonesia wind fall terkait penurunan base oil keuntungan tidak dinikmati produsen karena kurs melonjak," tutur Gigih.

Menurut Gigih, saat perekonomian sedang menurun, Pertamina Lubricant menyiasatinya dengan memberikan promosi harga.

"Sekarang diambil rata-rata kondisi menurunnya daya beli masyarakat harga pokok tak berubah banyak. Ada sisa 1-3 persen dikompensasi pasar, karena daya beli turun menstimuli itu, tidak berdampak signifkan bahkan merepotkan bahkan yang tidak miliki base oil itu tidak stabil," kata Gigih.

Seperti diketahui, harga minyak meroket lebih dari 10 persen, atau kenaikan harian terbesar dalam lebih dari enam tahun ditopang menguatnya pasar saham dan berita dari berkurangnya pasokan minyak mentah.

Sebelumnya, gertakan kembali dengan merosotnya pasokan minyak selama dua bulan telah menekan minyak mentah Amerika Serikat (AS) ke level terendah dalam 6,5 tahun yaitu menyentuh di bawah US$ 40 pada pekan ini.

Dilansir dari Reuters, Jumat pekan ini , harga minyak Brent untuk pengiriman Oktober meroket US$ 4,42, atau naik 10,25 persen menjadi US$ 47,56 per barel. Angka ini merupakan lompatan harian terbesar sejak akhir 2008. Sedangkan pada hari Senin, kontrak minyak berada di titik terendah sejak Maret 2009 dengan bertengger di kisaran US$ 42,23 per barel. (Pew/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.