Sukses

Top 5 Bisnis: Pelemahan Ringgit Lebih Besar Dibanding Rupiah

Berikut lima artikel terpopuler di Kanal Bisnis Liputan6.com pada Jumat, 28 Agustus 2015:

Liputan6.com, Jakarta - Mata uang Malaysia Ringgit ditutup di level RM 4,2135 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat 28 Agustus 2015. Ringgit sempat sentuh level terlemah di kisaran RM 4,2430 pada perdagangan 24 Agustus 2015. Sepanjang 2015, Ringgit berada di kisaran RM 3,1415-4,2995 per dolar AS.

Kurs Ringgit pernah berada di posisi dengan level 17 tahun lalu, dan menjadi mata uang terburuk di kawasan Asia. Bursa saham Malaysia juga ikut tertekan. Indeks KLCI ditutup di level 1,613.80 pada perdagangan Jumat 28 Agustus 2015.

Indeks KLCI sempat sentuh level terendah sepanjang 2015 di kisaran 1,532,14 pada 24 Agustus 2015. Dana investor asing keluar dari Malaysia pun mencapai lebih dari US$ 3 miliar sepanjang 2015.

Informasi mengenai pelemahan mata uang ringgit Malaysia tersebut menjadi artikel yang paling diburu oleh pembaca. Selain itu juga ada beberapa artikel lain yang menarik untuk disimak seperti serbuan pekerja asing di Indonesia dan juga proses pembangunan PLTU terbesar di ASEAN.

Lengkapnya, berikut lima artikel terpopuler di Kanal Bisnis Liputan6.com pada Jumat, 28 Agustus 2015:

1. Ringgit Lebih Terpuruk Ketimbang Rupiah

Mata uang Malaysia Ringgit menuju pelemahan untuk 10 pekan berturut-turut, dan ini terpanjang sejak 2013. Pelemahan Ringgit itu dipicu dari ribuan demonstran siap menuntut pengunduran diri Perdana Menteri Najib Razak pada akhir pekan.

Berdasarkan data Bloomberg, Ringgit depresiasi 1,1 persen dalam lima hari terakhir menjadi 4,2273 per dolar Amerika Serikat pada pukul 10.18 waktu Kuala Lumpur. Pada hari ini, Ringgit naik 0,2 persen.

Ringgit telah melemah 25 persen dari posisi tahun lalu, dan ini penurunan terbesar mata uang di Asia. Mata uang Ringgit telah merosot 25 persen didorong dari sentimen politik terutama menurunkan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak. Hal itu ditambah harga minyak mentah Brent telah melemah 53 persen, dan ini memukul negara pengekspor minyak.

2. 5 Pelajaran Hidup dari Para Miliarder Nyentrik

Jumlah miliarder di dunia sekarang sekitar 2.000 orang. Persentase kemungkinan Anda menjadi bagian dari kelompok tersebut sekitar satu banding 4 juta orang. Jadi, bisa dibilang Anda 24 kali lebih mungkin terbunuh karena tersambar petir dibanding menjadi kaya raya.

Namun, kalau Anda memang ingin menjadi miliarder, perlu ada perubahan dalam melihat hidup. Dalam artikel ini terdapat lima miliarder nyentrik dan pemberontak yang bisa memberikan pelajaran hidup tentang menjadi miliarder.

3. RI Diserbu Pekerja Asing, Menaker Minta Jangan Khawatir

Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri meminta masyarakat untuk tidak khawatir akan isu serbuan tenaga kerja asing (TKA) ke Indonesia.

Di menjelaskan, saat ini jumlah TKA yang bekerja di Indonesia hanya sebanyak 70 ribu orang. Hal ini dinilai sangat kecil jika dibandingkan jumlah tenaga kerja Indonesia yang sebanyak 129 juta orang.

"Pekerja asing jumlahnya hanya 70 ribu orang. Sedangkan penduduk kita jumlahnya 240 juta orang, angka tenaga kerja kita 129 juta orang. Kalau bandingkan 0,1 persennya saja ada. Jadi jangan ditakuti masyarakat dengan tenaga kerja asing," ujarnya di Kantor Kementerian Ketenagakerjaan, Jakarta, Jumat (28/8/2015).

4. Pelemahan Rupiah Momentum Buat Tunjukkan Kedaulatan Ekonomi RI

Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto menilai, pemerintah sebenarnya tidak terlalu sulit memperkuat nilai tukar rupiah sebagai lambang supremasi kedaulatan moneter di tengah 'perang' mata uang dunia.

Syaratnya, kata dia, Menteri ESDM, Menteri BUMN dan Dirut Pertamina berani menyatakan seluruh minyak yang diproduksi di Indonesia dipakai untuk kilang minyak dalam negeri.

"Keputusan politik itu penting. Bayangkan Indonesia memproduksi minyak mentah 800 barel per hari. Namun pada saat yang bersamaan kita impor minyak mentah sebesar 300 juta barel per tahun. Pertanyaannya, mengapa minyak Indonesia tidak dipakai sebagai feed stock kilang-kilang minyak kita? Siapa yang diuntungkan dari ekspor-impor tersebut," kata Hasto di Jakarta, Jumat (28/8/2015).

5. Pastikan Pengerjaan PLTU Batang Tak Molor, Jokowi Bakal Sidak

Presiden Joko Widodo (Jokowi) didampingi Ibu Negara Iriana meresmikan peletakan batu pertama pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Batang, Jawa Tengah, Jumat (28/8/2015). PLTU berkapasitas 2X1000 MW ini berlokasi di pantai Desa Ujungnegoro, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang, Jawa Timur.

Dalam sambutannya, Presiden Jokowi menyampaikan ajakannya kepada investor untuk membiayai proyek ini. Permintaan tersebut didasari alasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang tidak cukup untuk membangun proyek PLTU terbesar di ASEAN itu.

"PLTU ini diharapkan bisa mengaliri listrik di Pulau Jawa dan Bali," ujar Presiden Jokowi yang dikutip dari situs resmi Sekretaris Kabinet, Jumat (28/8/2015). (Gdn/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini