Sukses

Harga Minyak Anjlok Gara-gara Kebanjiran Stok

Stok minyak mentah di Amerika Serikat (AS) bertambah 4,7 juta barel pada pekan lalu.

Liputan6.com, New York - Harga minyak berjangka turun sekitar 2 persen pada Jumat (Sabtu pagi WIB) karena pedagang mengabaikan penurunan jumlah rig pengeboran minyak di Amerika Serikat (AS) dan hanya terfokus pada melimpahnya pasokan dan penurunan harga saham di Wall Street.

Volume perdagangan minyak mentah yang lebih ringan dari hari sebelumnya sebab pemain nampak ragu-ragu untuk menempatkan posisi besar menjelang Hari Buruh AS di akhir pekan.

"Saya tak sabar menunggu untuk menikmati libur tiga hari di akhir pekan," kata Tariq Zahir, seorang pedagang minyak mentah di Tyche Capital Advisors di Laurel Hollow, New York.

Meskipun turun, harga minyak mentah AS sebenarnya mencetak kenaikan mingguan kedua berturut-turut, dibantu keuntungan dalam dua sesi terakhir.

Harga minyak mentah AS tercatat turun US$ 70 sen atau 1,5 persen menjadi US$ 46,05 per barel. Sementara jika dilihat dalam sepekan, harga minyak mentah AS naik hampir 2 persen, melanjutkan penguatan hampir 12 persen pada pekan lalu, terbesar sejak 2011.

Harga minyak Brent, patokan minyak dunia, menetap US$ 1,07 atau 2,1 persen menjadi US$ 49,61 per barel. Angka itu turun hampir 1 persen pada pekan ini.

Harga minyak berbalik melemah sejalan dengan anjloknya pasar saham AS merespons laporan tenaga kerja AS yang akan menjadi acuan Bank Sentral AS (The Fed) dalam memutuskan kenaikan suku bunga.

Perusahaan jasa hulu migas, Baker Hugges melaporkan jumlah rig pengeboran minyak AS turun 13 unit pada pekan ini. Padahal, selama enam minggu berturut-turut jumlah rig di AS terus bertambah.

Pengurangan jumlah rig tersebut menunjukkan adanya pengurangan aktivitas pengeboran demi untuk menekan produksi minyak di masa depan. 

Namun para pedagang tampaknya lebih peduli tentang melimpahnya pasokan, terutama setelah data stok minyak AS naik 4,7 juta barel pada pekan lalu.

"Jelas penurunan tajam harga minyak telah memukul belanja modal untuk pengeboran baru di AS," kata Chris Jarvis, analis Caprock Risk Management di Frederick, Maryland. (Ndw/Igw)


* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini