Sukses

Acuan Pengadaan Kelistrikan PLN Diminta Mengarah ke Internasional

Salah satu komponen yang harus diubah dalam RUPT tersebut adalah porsi bauran energi.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) menginstruksikan kepada PT PLN (Persero) untuk mengubah Recana Usaha Penyaluran Tenaga Listrik (RUPTL). Diharapkan, dalam RUPTL yang baru dapat mengakomodasi energi baru terbarukan.

Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Sudirman Said mengatakan, PLN harus berani mengubat rencana detail dalam pengadaan listrik. "Dalam perubahan tersebut, PLN harus mencantumkan peta yang jelas. Jadi siapa yang akan mengerjakan? Lokasinya dimana? Sumber energinya apa? jelasnya di kantor Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (7/9/2015).

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jarman menambahkan, salah satu komponen yang harus diubah dalam RUPT tersebut adalah porsi bauran energi dengan menggenjot Energi Baru Terbarukan (EBT) dan juga harus mangacu kepada kebijakan internasional.

"Bauran energi harus diutamakan. Mengacu kepada kebijakan internasional untuk seluruh industri listrik. Targetnya pada 2025 harus dicapai. Jadi pada 2025 nanti energi gas 24 persen, energi baru terbarukan 25 persen, dan BBM 1 persen dan seterusnya. Itu harus dijabarkan dalam RUPT," tuturnya.

Menurut Jarman, RUPTL tersebut diharapkan bisa segera diselesaikan pada akhir tahun ini sehingga Indonesia memiliki acuan baru dalam pengadaan listrik.

PLN memang sedang mengembangkan energi baru terbarukan. Belum lama ini, PLN (dan pengembang independen untuk energi terbarukan dan kelautan dari Inggris, SBS International Limited, sepakat untuk mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut.

Kepala Divisi Energi Baru dan Terbarukan PLN, Syah Darwin Siregar mengatakan, PLN dengan SBS International Limited sepakat untuk membangun pembangkit dengan kapasitas 12 Mega Watt (MW). Pembangkit tenaga arus laut tersebut akan dikembangkan di Nusa Tenggara Barat (selat Alas dan selat Lombok) dan di selat Badung, Bali.

"Ini merupakan pengembangan pembangkit listrik energi laut skala komersial pertama di Indonesia," kata Darwin.

Pembangunan pembangkit dari arus laut tersebut akan dilakukan secara bertahap. Untuk tahap awal akan dikembangkan dan dimulai dibangun dengan total kapasitas 12 MW. "Selanjutnya akan dikembangkan hingga 140 MW dengan investasi US$ 350 juta," tuturnya.

Teknologi pembangkit listrik tenaga arus laut yang sangat andal dan terbarukan ini tidak hanya membantu mengurangi biaya bahan bakar fosil untuk Indonesia, namun juga akan meningkatkan keamanan energi Indonesia.

"Kolaborasi antara PLN dan SBS akan mengakselerasi Indonesia ke masa depan dan akan menghemat waktu dan biaya untuk riset dan pengembangan pembangkit listrik arus laut secara komersial," pungkasnya. (Pew/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini