Sukses

Wall Street Libur Peringati Hari Buruh

Data tenaga kerja juga menjadi pertimbangan bank sentral Amerika Serikat untuk menaikkan suku bunga.

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) libur memperingati hari buruh setiap 7 September 2015 waktu setempat, dan ini telah berlangsung selama 121 tahun.Hari buruh dirayakan pada Senin pertama di setiap September.

Hari raya ini untuk memperingati gerakan buruh Amerika Serikat, dan sebuah penghargaan untuk para pekerja konstruksi yang telah memberikan kekuatan dan kemakmuran ekonomi AS.Berdasarkan sejumlah catatan hingga kini belum jelas siapa yang mengusulkan pertama kali hari buruh sebagai hari libur.

Sejumlah catatan menyebutkan kalau Sekretaris Jenderal The Brotherhood of Carpenters Peter J McGuire yang menyerukan untuk memperingati hari buruh sebagai hari libur mengingat kontribusi para pekerja yang telah membangun ekonomi pada 1882.

Ada juga catatan lain menyebutkan kalau Matius Maguire, salah seorang masinis dari sekretaris populer dari serikat pekerja di New York yang menjadi orang pertama mengusulkan hari libur buruh pada 1882.Akan tetapi yang diketahui kalau serikat pekerja AS merupakan salah satu organisasi buruh AS paling penting pada abad ke-19 mempromosikan hari libur buruh di New York untuk menunjukkan kekuatan dari perdagangan dan organisasi buruh.

Pemerintah negara bagian AS pun mulai mengakui hari buruh dimulai 1885. Legislatif memperkenalkan pertama kali di New York, kemudian diterima di Oregon, dan menjadi negara bagian pertama yang menerapkan secara legal pada 1887. Kemudian empat negara bagian menyusul seperti New York, New Jersey, Massauchusetts, dan Colorado.

Kemudian pada 1894, dengan dukungan Presien AS Grover Cleveland dan Kongres, bursa saham AS terutama bursa saham New York tutup untuk memperingari hari buruh.

Data Tenaga Kerja Jadi Petunjuk Menaikkan Suku Bunga

Saat ini data tenaga kerja AS menjadi salah satu elemen penting bagi bank sentral AS/The Federal Reserves untuk menaikkan suku bunga pada September 2015.

Hingga akhirnya bursa saham global tertekan akibat kekhawatiran ekonomi China melambat pun mengikis kepercayaan pelaku pasar terhadap rencana bank sentral AS untuk menaikkan suku bunga. Demikian mengutip laman Marketwatch, Selasa (8/9/2015).

The Fed akan menggelar pertemuan pada 16-17 September 2015. Pelaku pasar pun mengharapkan The Fed memberikan kepastikan untuk menaikkan suku bunga pada pertemuan The Fed itu.Namun, data tenaga kerja AS untuk Agustus yang keluar pada Jumat pekan lalu sebagai tonggak terakhir sebelum pertemuan The Fed pada pertengahan bulan ini.

Data tenaga kerja menunjukkan kalau perusahaan-perusahaan AS tetap membuka lowongan pekerjaan dengan ada tambahan sekitar 173 ribu pada Agustus. Angka ini memang lebih rendah dari yang diharapkan. Namun sejumlah perusahaan AS menaikkan upah di tengah pasar tenaga kerja yang mengencangkan ikat pinggang.

Tingkat pengangguran turun menjadi 5,1 persen pada Agustus, dan ini merupakan terendah dalam sejarah.Namun sepertinya pimpinan bank sentral AS juga memberi waktu tambahan apakah bursa saham global relatif stabil. The Fed mungkin akan memilih untuk menunggu tergantung reaksi pelaku pasar."Selama bursa saham tenang cukup untuk menyingkirkan krisis jangka pendek. The Fed mungkin tidak menaikkan suku bunga pada September," ujar Ekonom Amherst Pierpoint Securities, Stephen Stanley. 

Selain itu, The Fed diperkirakan juga akan menunggu data terbaru yang dikenal dengan laporan lowongan pekerjaan AS atau Jolts. "Yellen (pimpinan bank sentral AS) mengatakan dirinya juga mempertimbangkan angka Jolts," tulis Kepala Riset TD Ameritrade JJ Kinahan.Akan tetapi, Direktur Pelaksana Moody's Sophia Koropeckyj menilai, The Fed akan mengabaikan data Jolts mengingat ada banyak indikator pasar tenaga kerja lainnya yang cukup bagus. (Ahm/Igw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini