Sukses

Rupiah Lesu Untungkan Produsen Pakaian Zara

Saham PT Sri Rejeki Isman Tbk telah naik 104 persen sepanjang 2015.

Liputan6.com, Jakarta - Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) tercatat turun 15,85 persen dari 12.474 per dolar AS pada 2 Januari 2015 menjadi 14.452 per dolar AS pada 17 September 2015.

Meski demikian, nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tak selalu buruk bagi emiten. Salah emiten yang memperoleh berkah dari dolar AS perkasa yaitu PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL).

Hal itu lantaran sebagian besar produknya ekspor, dan juga pendapatan dalam dolar AS, tetapi mencatatkan dalam rupiah juga menguntungkan perusahaan tekstil tersebut.Keuntungan dari pelemahan rupiah ini juga ditunjukkan dari kinerja produsen pakaian merek Zara ini hingga semester I 2015.

Penjualan naik 37,42 persen menjadi US$ 352,79 juta hingga semester I 2015 dari periode sama tahun sebelumnya US$ 256,72 juta. Laba bersih periode berjalan naik 136 persen menjadi US$ 30,09 juta pada semester I 2015. Perseroan juga mengurangi rugi kurs US$ 4,41 juta.

Sekretaris Perusahaan PT Sri Rejeki Isman Tbk, Welly Salam menuturkan depresiasi rupiah atau pelemahan rupiah terhadap dolar AS tidak mempengaruhi kinerja perseroan. Lantaran perseroan sebagai eksportir yang mencatatkan laporan keuangan dalam dolar AS.

"Penjualan sekitar 50 persen untuk ekspor. Kami juga ada yang jualan ke lokal, tetapi lokal itu juga menjual barangnya untuk ekspor. Jadi dolar AS menguat tidak ada masalah untuk kami," kata Welly saat dihubungi Liputan6.com, yang ditulis Kamis (17/9/2015).

Welly menuturkan, selama ini perseroan melakukan ekspor pakaian ke Jepang, China, Korea Selatan, Timur Tengah, Eropa, Amerika Serikat (AS), dan Australia. Penjualan produk merata di sejumlah negara terutama di kawasan Asia. Di tengah ekonomi global lesu, Welly menuturkan hal itu juga belum mempengaruhi kinerja perseroan lantaran produk yang dijual merupakan produk kebutuhan dasar. "Permintaan pelanggan masih tinggi," ujar Welly.

Selain itu, Welly menyatakan devaluasi atau pelemahan mata uang China Yuan juga tidak berdampak terhadap harga jual produk perseroan. Lantaran harga jualnya masih dapat bersaing.

"Kecuali kalau Yuan melemah hingga 10 persen itu baru mempengaruhi. Kalau ini masih kecil devaluasinya," kata Welly.

Saat ditanya mengenai sebagian bahan baku perseroan juga masih impor di tengah nilai tukar rupiah tertekan terhadap dolar AS,  Welly mengatakan kinerja perseroan belum terganggu. "Biaya produksi memang naik tetapi tidak terlalu besar," tutur Welly.

Untuk target kinerja keuangan, Perseroan mengharapkan pertumbuhan penjualan sekitar 7-10 persen dan laba bersih sekitar 10-15 persen pada 2015.

Analis PT Mandiri Sekuritas Kevin Halim menuturkan kinerja keuangan PT Sri Rejeki Isman Tbk masih cukup baik ke depan di tengah nilai tukar rupiah tertekan terhadap dolar AS. Hal itu mengingat pendapatan perseroan dalam dolar AS. "Kalau dolar AS menguat ini malah berdampak baik buat mereka," ujar Kevin.

Tak hanya kinerja keuangan perkasa, saham PT Sri Rejeki Isman Tbk juga mencatatkan penguatan saham signifikan sepanjang 2015. Bahkan saham PT Sri Rejeki Isman Tbk membukukan kenaikan harga saham di atas 100 persen. Saham PT Sri Rejeki Isman Tbk naik 104,91 persen menjadi Rp 334 per saham pada perdagangan saham Rabu 16 September 2015. Saham perseroan sempat tertinggi di level harga Rp 497 dan terendah Rp 148 per saham. (Ahm/Igw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.